Ulasan Harga Komoditas Gabah

Secara umum, fluktuasi harga di tingkat petani sangat dipengaruhi oleh faktor musim dan kualitas gabah hasil panen. Kondisi harga gabah di tingkat penggilingan umumnya merupakan implikasi dari fluktuasi harga gabah di tingkat petani dan persediaan cadangan beras pada periode tertentu.

446
Gabah Indonesia

(Vibiznews-Kolom) Survei Harga Produsen Gabah selama Januari–Desember 2024 dilakukan terhadap 21.133 transaksi penjualan gabah oleh petani di 29 provinsi. Secara garis besar diuraikan mengenai jumlah observasi harga gabah dari keseluruhan wilayah sampel terpilih, harga gabah di tingkat petani dan penggilingan, rata–rata komponen mutu gabah hasil panen, dan kasus harga yang terjadi dikaitkan dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Gabah

Sumber : Badan Pusat Statistik 2024

Jumlah Observasi Harga Gabah

Berdasarkan jumlah transaksi penjualan gabah secara nasional, sebesar 48,79 persen dari keseluruhan observasi merupakan kontribusi dari pulau Jawa. Sementara itu 51,21 persen dari keseluruhan observasi merupakan kontribusi dari pulau-pulau lainnya yaitu Sumatera 5.438 observasi (25,73 persen), Sulawesi 2.389 observasi (11,30 persen), Kalimantan 2.060 observasi (9,75 persen), Bali dan Nusa Tenggara 842 observasi (3,98 persen), pulau Maluku dan Maluku Utara serta Papua dan Papua Barat berkontribusi kurang dari satu persen.

Persentase Observasi Harga Gabah Menurut Pulau dan Kelompok Kualitas, 2024

Gabah

Dilihat dari komposisi menurut kelompok kualitas gabah, keseluruhan jumlah observasi harga gabah hasil panen yang ditransaksikan selama Januari–Desember 2024 didominasi kualitas GKP 13.181 observasi (62,37 persen), diikuti oleh gabah kualitas GKG 5.382 observasi (25,47 persen) dan luar kualitas 2.570 observasi (12,16 persen). Selama periode Januari–Desember 2024 ada sebanyak 5.382 observasi GKG yang ditransaksikan, empat provinsi dengan jumlah observasi GKG terbanyak adalah Jawa Tengah (25,40 persen), Jawa Barat (20,03 persen), Kalimantan Selatan (10,94 persen) dan Jawa Timur (7,86 persen). Sedangkan persentase jumlah observasi GKG sebanyak 35,77 persen tersebar di 19 provinsi lainnya.

Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah Menurut Provinsi dengan Observasi Terbanyak dan Kelompok Kualitas, 2024

gabah

Sumber : BPS 2025

Sementara itu, untuk kualitas GKP terdapat sebanyak 13.181 observasi dengan empat provinsi terbanyak, yakni dari Jawa Timur (17,21 persen), Jawa Barat (11,98 persen), Sulawesi Selatan (11,42 persen), dan Sumatera Barat (10,29 persen). Persentase jumlah observasi GKP sebanyak 49,10 persen tersebar di 24 provinsi lainnya.

Terdapat 2.570 observasi gabah luar kualitas dengan transaksi terbanyak berasal dari tiga provinsi, yaitu dari Jawa Timur (26,03 persen), Jawa Barat (15,91 persen) dan Sumatera Utara (10,35 persen). Sedangkan sebanyak 43,04 persen observasi gabah di luar kualitas tersebar di 21 provinsi lainnya.

Selama Januari-Desember 2024, jumlah observasi tertinggi terjadi pada April 2024 mencapai 2.668 observasi atau 12,62 persen dari keseluruhan observasi selama setahun. Kemudian observasi berikutnya yang tertinggi terjadi pada Maret 2024, yakni mencapai 2.097 observasi atau 9,92 persen dari keseluruhan observasi selama tahun 2024. Tingginya volume transaksi ini disebabkan oleh sedang berlangsungnya musim panen raya pada beberapa wilayah di Indonesia.

Selama April 2024, observasi terdiri dari 65,18 persen kualitas GKP, diikuti oleh kualitas GKG sebesar 17,17 persen, dan gabah luar kualitas 17,65 persen. Selama Maret 2024, jumlah observasi yang tercatat meliputi kualitas GKP tercatat sebesar 62,99 persen, gabah kualitas GKG sebesar 17,88 persen, dan gabah luar kualitas sebesar 19,12 persen.

Sementara itu jumlah observasi terendah terjadi pada bulan Januari 2024 sebanyak 1.322 observasi atau 6,26 persen dari keseluruhan observasi selama setahun. Rendahnya volume transaksi ini disebabkan oleh sedang berlangsungnya musim tanam pada beberapa wilayah di Indonesia.

Jumlah Observasi Harga Gabah Menurut Varietas

Dilihat dari komposisi menurut varietas gabah, keseluruhan jumlah observasi harga gabah hasil panen yang diperjualbelikan selama Januari-Desember 2024 didominasi varietas Inpari 32 HDB sebanyak 5.854 observasi (27,70%), diikuti oleh Ciherang sebanyak 4.590 observasi (21,72%), IR64 sebanyak 1.876 observasi (8,88%), dan Mekongga sebanyak 533 observasi (2,52%). Varietas Inpari 42 Agritan GSR, IR-42, Ciliwung, Cisokan dan Bujang Marantau masing-masing jumlah observasi kurang dari 3 (tiga) persen. Varietas lainnya termasuk varietas lokal yang biasanya hanya ada di provinsi tertentu saja sebanyak 6.084 observasi (28,79%).

Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan

Pola penanaman padi yang dilakukan hampir secara serentak pada musim tertentu berimplikasi pada berlebihnya pasokan saat panen dan langkanya pasokan saat paceklik. Fenomena musim panen raya selalu menyebabkan anjloknya harga gabah karena terjadi lonjakan volume hasil panen. Akibatnya, tingkat harga relatif rendah sepanjang musim panen dan merangkak naik sampai musim panen berikutnya. Secara umum, fluktuasi harga di tingkat petani sangat dipengaruhi oleh faktor musim dan kualitas gabah hasil panen. Kondisi harga gabah di tingkat penggilingan umumnya merupakan implikasi dari fluktuasi harga gabah di tingkat petani dan persediaan cadangan beras pada periode tertentu.

Selama periode Januari–Desember 2024, rata–rata harga GKG di tingkat petani berkisar antara Rp6.676 per kg hingga Rp8.571 per kg. Sementara itu, rata–rata harga GKP antara Rp5.686 per kg hingga Rp7.261 per kg dan rata–rata harga gabah luar kualitas antara Rp5.167 per kg hingga Rp7.048 per kg. Puncak musim panen raya yang diperkirakan selalu terjadi di Maret setiap tahun, umumnya selalu diikuti oleh merosotnya harga gabah di hampir keseluruhan wilayah panen. Sebaliknya di akhir tahun hingga awal bulan pada tahun berikutnya, harga cenderung mencapai puncaknya karena musim paceklik.

Pada periode Januari–Desember 2024, rata–rata harga tertinggi di tingkat petani untuk semua kualitas terjadi di bulan Februari 2024, masing-masing Rp8.591, Rp7.261 dan Rp7.048 per kg. Sementara itu rata-rata harga terendah di tingkat GKG terjadi di bulan Mei 2024. Sedangkan untuk kualitas GKP dan luar kualitas terjadi di bulan April 2024 masingmasing sebesar Rp5.686 dan Rp5.167 per kg. Namun demikian, bila dilihat dari perubahan harganya, kenaikan perubahan harga tertinggi di tingkat petani untuk kualitas GKG dan luar kualitas terjadi di bulan Februari 2024, sedangkan untuk kualitas GKP terjadi di bulan Juni 2024. Adapun penurunan perubahan harga terendah terjadi di bulan April 2024 untuk semua kualitas.

Rata-Rata dan Perubahan Harga Gabah di Tingkat Petani Menurut Kelompok Kualitas, Januari–Desember 2024

gabah

Di tingkat penggilingan, rata–rata harga GKG berkisar antara Rp6.797 per kg hingga Rp8.715 per kg dan GKP antara Rp5.833 per kg hingga Rp7.411 per kg. Sementara itu, gabah luar kualitas antara Rp5.295 per kg hingga Rp7.208 per kg. Rata–rata harga gabah tertinggi di tingkat penggilingan untuk semua kualitas terjadi di bulan Februari 2024, yaitu Rp8.715, Rp7.411 dan Rp7.208 per kg. Sementara itu rata–rata harga terendah untuk kualitas GKG terjadi di bulan Mei 2024, Rp6.797 per kg. Sedangkan kualitas GKP dan luar kualitas terjadi di bulan April 2024 masing-masing sebesar Rp5.833 dan Rp5.295 per kg.

Berdasarkan pantauan rata–rata harga transaksi gabah bulanan selama tahun 2024, harga GKG tertinggi senilai Rp9.293 per kg (di tingkat petani) dan Rp9.471 per kg (di tingkat penggilingan) terjadi di Kalimantan Tengah. Sementara itu, harga tertinggi pada gabah kualitas GKP senilai Rp7.413 per kg (di tingkat petani) dan Rp7.590 per kg (di tingkat penggilingan) terjadi di Sumatera Barat. Untuk gabah luar kualitas, harga tertinggi senilai Rp7.567 per kg (di tingkat petani) dan Rp7.691 per kg (di tingkat penggilingan) juga ditemukan di Sumatera Barat.

Rata–Rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas, Januari–Desember 2024

gabah

Pada periode yang sama, harga terendah GKG senilai Rp5.625 per kg (di tingkat petani) dan Rp5.679 per kg (di tingkat penggilingan) ditemukan di Bengkulu. Sementara itu, harga terendah GKP senilai Rp5.186 per kg (di tingkat petani) dan Rp5.356 per kg (di tingkat penggilingan) ditemukan di Sulawesi Utara. Selanjutnya, harga terendah pada gabah luar kualitas senilai Rp5.200 per kg (di tingkat petani) dan Rp5.400 (di tingkat penggilingan) ditemukan di Bengkulu.

Disamping adanya pengaruh musim, kecenderungan tingginya harga gabah di tiap wilayah baik di tingkat petani dan penggilingan umumnya disebabkan oleh kualitas gabah hasil panen, tingkat produktivitas yang dimiliki, faktor kesulitan akses di wilayah panen sehingga ongkos angkut tinggi, dan tingginya transaksi dengan wilayah lain yang menyebabkan berkurangnya pasokan pasca panen. Adapun rendahnya harga gabah disebabkan terutama oleh kualitas gabah dan pengaruh musim panen.

Rata–Rata Komponen Mutu Gabah

Rata–rata persentase komponen mutu gabah hasil panen yang diperjualbelikan selama setahun terakhir cenderung fluktuatif. Rata– rata kadar air (KA) GKG terendah di Oktober 2024 (12,65 persen) dan tertinggi di Maret 2024 (13,14 persen), sedangkan pada GKP terendah terjadi di Januari 2024 (19,36 persen) dan tertinggi di April 2024 (20,74 persen). Rata– rata kadar air gabah luar kualitas yang terendah terjadi di Oktober 2024 (22,80 persen) dan tertinggi terjadi di April 2024 (26,63 persen). Kadar lain terdiri dari kadar hampa dan kotoran. Kadar lain yang tertinggi untuk GKG terjadi di September 2024 (4,50 persen), sedangkan untuk GKP terjadi di Juni 2024 (5,56 persen), dan gabah Luar Kualitas terjadi di Oktober 2024 (12,15 persen). Kadar lain yang terendah untuk GKG terjadi di Oktober 2024 (3,99 persen), untuk GKP terjadi di September 2024 (4,75 persen), sedangkan untuk gabah luar kualitas terjadi di Desember 2024 (9,22 persen)

Kasus Harga Gabah Kualitas GKP di Bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP)

Pada tahun 2024, telah dikeluarkan kebijakan baru terkait HPP gabah yaitu berdasarkan Perbadan No. 4 Tahun 2024 menggantikan Perbadan No. 6 Tahun 2023. Di tingkat petani GKP naik dari Rp5.000 per kg menjadi Rp6.000 per kg. Sementara di tingkat penggilingan GKP naik dari Rp5.100 per kg menjadi Rp6.100 per kg dan GKG naik dari Rp6.200 per kg menjadi Rp7.300 per kg.

Dari keseluruhan observasi GKP di tingkat petani selama Januari–Desember 2024, terdapat 1.936 observasi (14,69 persen) kasus harga di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP), 901 observasi (6,84 persen) sama dengan HPP, dan 10.344 observasi (78,48 persen) di atas HPP. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan pemerintah melalui HPP dianggap cukup efektif dalam mengendalikan tingkat harga gabah di pasaran. Relatif tingginya persentase tingkat harga yang sesuai dan bahkan di atas HPP yang tercatat mencapai 78,48 persen, diharapkan mampu memberikan perlindungan harga gabah hasil panen di tingkat petani.

Meskipun tingkat harga gabah hasil panen telah diatur melalui kebijakan HPP, tiap musim panen raya selalu diikuti oleh tingginya kasus harga di bawah HPP, sebagaimana yang terjadi mulai April 2024, menjelang panen raya sampai dengan berakhirnya panen raya.

Tiga kasus harga di bawah HPP tingkat petani sepanjang tahun 2024, terjadi pada Juni sebanyak 375 kasus (38,98 persen), November sebanyak 259 kasus (27,47 persen), dan bulan Desember sebanyak 227 kasus (26,06 persen).

Berdasarkan tabel 9, tiga provinsi dengan jumlah kasus harga GKP di tingkat petani di bawah HPP terbanyak berasal dari Sulawesi Selatan 290 observasi, Jawa Barat 235 observasi dan Sumatera Utara 186 observasi.

Persentase kasus harga GKG dan GKP di bawah HPP yang terjadi di tingkat penggilingan mengikuti pola yang terjadi di tingkat petani. Kasus tertinggi terjadi pada bulan Juni sebanyak 732 kasus, sedangkan kasus terendah terjadi pada bulan Januari sebanyak 1 kasus. Menurut masing–masing wilayah observasi harga, jumlah kasus harga di bawah HPP yang terjadi di tingkat penggilingan rata-rata sebesar 22,53 persen selama tahun 2024.