Harga minyak mentah naik lebih dari 1 persen pada Senin (26/06) di sesi Asia terbantu pelemahan dolar AS, namun kenaikan aktifitas pengeboran A.S. memicu kekhawatiran bahwa peningkatan pasokan global akan berlanjut meski ada upaya yang dipimpin oleh OPEC untuk membatasi produksi.
Minyak mentah berjangka A.S. West Texas Intermediate (WTI) naik 48 sen atau 1,12 persen menjadi $ 43,49 per barel.
Harga minyak mentah berjangka Brent naik 51 sen atau 1,12 persen, pada $ 46,05 per barel.
Analis mengatakan kenaikan harga minyak karena investor menutup posisi short, namun hanya ada sedikit berita fundamental yang mendukung harga.
Indeks dolar A.S. tetap rendah pada hari Senin terhadap sekeranjang mata uang di tengah harapan yang memudar untuk Federal Reserve menaikkan suku bunga lagi akhir tahun ini. Melemahnya dolar juga membuat minyak lebih murah untuk negara-negara yang menggunakan mata uang lainnya.
Meskipun harga minyak telah kembali pulih dari posisi terendah 10 bulan, namun mereka masih turun sekitar 13 persen sejak akhir Mei, ketika Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan beberapa produsen lainnya sepakat untuk memperpanjang kesepakatan untuk mengurangi produksi sebesar 1,8 juta barel Per hari (bpd) sampai akhir Maret mendatang.
Namun pasokan minyak mentah di Amerika Serikat, yang bukan bagian dari kesepakatan yang dipimpin oleh OPEC, telah mengurangi dampak pemotongan.
Perusahaan energi A.S. menambahkan 11 kilang minyak dalam minggu sampai 23 Juni, sehingga jumlah totalnya menjadi 758, terbesar sejak April 2014, menurut data dari perusahaan jasa energi Baker Hughes.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah akan bergerak naik jika pelemahan dollar AS berlanjut. Namun kekuatiran peningkatan produksi global masih menjadi sentimen bearish. Harga minyak mentah diperkirakan akan bergerak dalam kisaran Resistance $ 44,00-$ 44,50, dan jika harga lanjutkan pelemahan akan menembus kisaran Support $ 43,00-$ 42,50.
Freddy/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang