(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex, pada jam perdagangan sesi AS hari Jumat, hari perdagangan terakhir minggu lalu, jatuh ke level $75.23 per barel.
Jatuhnya harga minyak mentah WTI disebabkan karena berkurangnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dengan dilepaskannya beberapa orang yang disandera oleh Hamas di Jalur Gaza, di tengah gencatan senjata selama empat hari antara Hamas dengan Israel yang dimulai sejak hari Jumat minggu lalu.
Berkurangnya ketegangan geopolitik telah membebani harga minyak mentah yang biasanya cenderung mengalami kenaikan di tengah resiko yang terjadi di Timur Tengah.
Sebelumnya harga minyak mentah juga sudah mulai terbebani dengan OPEC+ menunda pertemuan mereka dari semula tanggal 26 November menjadi 30 November, sementara negara – negara anggota OPEC + saling mendiskusikan level produksi mereka.
Penundaan pertemuan OPEC+ ini pada hari Rabu minggu lalu telah membawa kepada penurunan harga minyak mentah yang signifikan sebesar 5% sebelum akhirnya harga minyak mentah WTI berhasil naik kembali sehingga kerugiannya tinggal hanya 1.30%.
Harga minyak mentah juga mendapatkan tekanan turun dengan naiknya angka stok minyak mentah AS yang keluar pada hari Rabu, dengan Energy Information Administration’s (EIA) Crude Oil Stocks Change menunjukkan meningkatnya stok minyak mentah AS tanpa terduga sebanyak 8.701.000 barel untuk minggu yang berakhir pada tanggal 17 November.
Kenaikan ini jumlahnya signifikan dibandingkan dengan jumlah yang diperkirakan hanya sebanyak 900.000 barel dan juga dibandingkan dengan angka stok sebelumnya yang hanya bertambah sebanyak 3.600.000 barel.
Selain itu, outlook permintaan minyak mentah Cina jangka panjang tetap tidak ada kepastian. Analis memperkirakan pertumbuhan permintaah minyak mentah Cina bisa melemah ke sekitar 4% pada paruh pertama 2024, terutama disebabkan karena tantangan yang ada di sektor properti yang bisa berdampak kepada konsumsi diesel.
Ditambah lagi, produksi minyak mentah dari negara – negara non-OPEC diperkirakan masih akan tetap kuat dengan perusahaan minyak negara Brazil, Petrobas, berencana melakukan investasi yang signifikan untuk mendorong naik produksi minyak mentahnya.
Hal ini berpotensi menambah supply minyak mentah global dan membatasi pergerakan naik harga minyak mentah.
Perhatian pada minggu ini beralih kepada data ekonomi papan atas yang termasuk data PMI dari Inggris pada hari Jumat, PCE inti AS dan angka inflasi Harmonized Index of Consumer Price (HICP) zona Euro yang akan dirilis pada pertengahan minggu.
Pada minggu ini, partisipan pasar juga akan mengarahkan perhatiannya ke data yang lebih kuat yaitu Gross Domestic Product (GDP). GDP AS QoQ diperkirakan naik dari 4.9% ke 5.0%. Sementara angka inflasi HICP zona Euro diperkirakan turun dari 4.2% ke 3.9% per tahun.
Pada hari Senin dan Selasa tidak ada data penting yang keluar dari Inggris. Pada hari Rabu, Gubernur BoE Bailey akan menyampaikan pernyataan singkat pada perayaan ulang tahun ke 50 dari London Foreign Exchange Joint Standing Committee. Pada hari Kamis kembali tidak ada data penting dari Inggris.
Pada hari Jumat, Inggris akan mempublikasikan data PMI manufaktur final.
Selain itu, para trader emas juga akan menaruh perhatian kepada geopolitik, di tengah gencatan senjata selama empat hari antara Hamas dengan Israel yang dimulai sejak hari Jumat minggu lalu.
Pasar juga menantikan data inventori minyak mentah terbaru pada minggu ini dari American Petroleum Institute (API) pada hari Rabu dan Energy Information Administration (EIA) pada hari Kamis.
Support & Resistance
“Support” terdekat menunggu di $74.67 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $73.99 dan kemudian $72.00. “Resistance” yang terdekat menunggu di $77.02 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $78.54 dan kemudian $80.00.
Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting
Editor: Asido.