(Vibiznews – Kolom) Emas adalah alternatif dari saham dan obligasi yang sering digunakan oleh banyak investor sebagai safe haven—aset yang dapat mempertahankan nilainya di tengah gejolak pasar atau ketidakpastian ekonomi. Ada berbagai cara untuk berinvestasi dalam emas, mulai dari kontrak berjangka hingga exchange-traded funds (ETF). Banyak pelaku di Wall Street menyarankan agar setidaknya sebagian kecil dari portofolio investasi dialokasikan pada logam mulia ini melalui salah satu metode tersebut.
Emas juga telah lama menjadi instrumen investasi favorit masyarakat Indonesia, terutama dalam bentuk perhiasan dan logam mulia batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam). Minat terhadap emas meningkat tajam setiap kali nilai rupiah melemah atau inflasi naik, karena banyak masyarakat menganggap emas sebagai aset yang paling aman untuk mempertahankan daya beli. Selain itu, platform digital seperti Pegadaian Digital, Tokopedia Emas, dan Pluang telah mempermudah masyarakat membeli emas mulai dari nominal kecil, menjadikan investasi emas lebih inklusif bagi berbagai kalangan.
Mengapa harga emas melonjak?
Harga emas meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir, didorong oleh kekhawatiran terhadap inflasi dan prospek mata uang utama dunia. Salah satunya adalah dolar AS, yang melemah akibat kekhawatiran terhadap arah kebijakan ekonomi global setelah perubahan kebijakan pascaperang yang dilakukan oleh pemerintahan Presiden Trump. Ketegangan geopolitik, seperti konflik Rusia–Ukraina dan perang Israel–Hamas, juga menjadi faktor yang memperkuat permintaan terhadap emas.
Lonjakan harga emas global langsung tercermin pada harga emas Antam dan UBS yang dijual di pasar domestik. Pada periode ketegangan geopolitik global, harga emas batangan Antam bahkan beberapa kali mencetak rekor tertinggi. Kondisi ini sering diikuti dengan peningkatan transaksi di gerai Pegadaian dan toko emas di berbagai kota besar. Namun, penguatan harga global juga menimbulkan tantangan bagi sektor industri perhiasan dalam negeri yang bergantung pada bahan baku impor, karena biaya produksi ikut meningkat.
Apa arti berinvestasi dalam emas?
Ketika seseorang mengatakan mereka memiliki emas, hal itu biasanya berarti mereka memegang salah satu bentuk aset berikut, emas fisik berupa batangan atau koin; ETF emas; kontrak berjangka emas; atau saham perusahaan tambang emas. Menurut World Gold Council, terdapat lebih dari 215.000 metrik ton emas di dunia yang telah ditambang, dengan nilai total lebih dari 25 triliun dolar AS berdasarkan harga saat ini.
Investor umumnya mengenal tiga bentuk utama investasi emas, emas fisik (seperti emas Antam dan UBS), tabungan emas digital, serta reksa dana berbasis emas. Instrumen seperti ETF emas belum sepopuler di luar negeri, tetapi Bursa Efek Indonesia sudah mulai memperkenalkan produk serupa seperti spot gold contract untuk menarik investor yang ingin berinvestasi tanpa memegang logam fisik. Selain itu, sektor tambang emas domestik seperti PT Freeport Indonesia dan PT Archi Indonesia juga menjadi sasaran investasi bagi mereka yang tertarik pada saham penambang emas.
Mengapa saya perlu berinvestasi dalam emas?
Alasan utama untuk mempertimbangkan emas sebagai investasi adalah fungsinya sebagai pelindung portofolio dari volatilitas pasar dan ketidakpastian ekonomi. Namun, karena banyak faktor yang dapat memengaruhi pergerakan harga, nilai emas bisa sangat berfluktuasi meski sering dianggap sebagai aset yang stabil.
Harga emas cenderung naik ketika investor merasa khawatir terhadap prospek ekonomi global atau adanya guncangan geopolitik, sehingga membantu mengimbangi potensi penurunan harga saham saat pasar bergejolak.
Emas juga sering digunakan sebagai hedge terhadap inflasi. Ketika harga barang dan jasa naik, dibutuhkan lebih banyak dolar untuk membeli jumlah emas yang sama, sehingga mendorong harga logam tersebut meningkat. Kenaikan inflasi juga biasanya melemahkan nilai dolar, yang berarti investor di luar negeri lebih mudah membeli aset berdenominasi dolar seperti emas.
Selain itu, emas dapat digunakan untuk bertaruh pada penurunan suku bunga. Ketika suku bunga turun, emas menjadi lebih menarik karena imbal hasil dari obligasi pemerintah ikut menurun. Emas, yang tidak memberikan bunga atau dividen, menjadi pilihan alternatif sebagai penyimpan nilai. Karena alasan tersebut, para analis emas biasanya memantau suku bunga riil (yang telah disesuaikan dengan inflasi) untuk memperkirakan arah pergerakan harga emas ke depan.
Bagi investor Indonesia, emas sering dipilih sebagai instrumen pelindung nilai saat rupiah tertekan terhadap dolar AS. Saat Bank Indonesia menaikkan atau menahan suku bunga, pergerakan harga emas domestik sering mengikuti arah nilai tukar rupiah. Selain sebagai alat lindung nilai, emas juga menjadi sarana investasi jangka panjang bagi rumah tangga, terutama di kalangan menengah, karena mudah dicairkan kapan saja dan tidak memerlukan pengelolaan rumit seperti saham atau properti.
Cara membeli emas fisik
Anda dapat membeli emas fisik dalam bentuk batangan atau koin standar—sering disebut bullion—melalui berbagai dealer di seluruh dunia seperti APMEX dan JM Bullion. Banyak pembelian kini dilakukan secara daring melalui situs web resmi dealer.
Para dealer ini umumnya mengambil langkah-langkah untuk memastikan keaslian emas yang mereka jual dan sering bekerja sama dengan lembaga resmi seperti U.S. Mint, Royal Canadian Mint, dan Perth Mint. Lembaga-lembaga tersebut juga menjual produk emas mereka langsung kepada konsumen.
Emas fisik dapat dibeli melalui jaringan resmi seperti Butik Emas Logam Mulia milik PT Antam, Pegadaian, bank syariah, dan sejumlah toko emas ternama. Masyarakat juga semakin terbiasa membeli emas secara daring melalui platform resmi. Pemerintah melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) memastikan bahwa perdagangan emas digital diatur dan diawasi, sehingga transaksi tetap aman. Selain itu, ada minat yang meningkat terhadap produk emas yang disertifikasi halal untuk menarik investor dari kalangan muslim.
Cara membeli reksa dana atau ETF emas
ETF emas semakin populer sebagai cara berinvestasi tanpa perlu memegang emas fisik. Dengan membeli ETF, Anda memiliki aset yang mengikuti harga emas, dan transaksi dapat dilakukan dengan mudah melalui akun pialang (brokerage account).
Ketika Anda membeli saham dari ETF seperti SPDR Gold Shares—yang merupakan dana emas terbesar di dunia—Anda sebenarnya membeli kepemilikan dalam sebuah trust yang memegang batangan emas sebagai aset dasarnya. Karena itu, harga ETF umumnya mencerminkan pergerakan harga emas di pasar global. Namun, investor harus membayar biaya tahunan untuk kepemilikan dana tersebut.
Sebagian besar ETF emas besar memang memegang emas fisik, tetapi ada pula yang berinvestasi dalam kontrak berjangka emas, yaitu perjanjian yang memberikan hak untuk membeli emas pada harga dan tanggal tertentu. Beberapa dana bahkan menggunakan kombinasi antara utang dan derivatives untuk meniru pergerakan harga emas.
Pasar ETF emas di Indonesia masih berkembang, namun trennya menunjukkan peningkatan. Produk seperti Simas Emas dan reksa dana berbasis emas dari perusahaan manajer investasi lokal sudah mulai menarik minat investor ritel. Bursa Efek Indonesia juga tengah mengembangkan instrumen turunan emas agar investor domestik dapat memperoleh eksposur harga emas global tanpa harus membeli logam mulia fisik. Meski demikian, keterbatasan literasi keuangan dan biaya transaksi masih menjadi tantangan utama untuk memperluas basis investor ETF emas di tanah air.
Cara memperdagangkan kontrak berjangka dan opsi emas
Anda juga dapat memperdagangkan kontrak berjangka emas, yaitu perjanjian yang mengharuskan pembeli untuk membeli atau menjual emas pada harga dan waktu tertentu di masa depan. Kontrak semacam ini sering digunakan untuk berspekulasi terhadap arah harga emas, sementara perusahaan tambang menggunakannya untuk melindungi diri dari risiko penurunan harga di masa depan.
Ketika kontrak berjangka berakhir, pemegang kontrak biasanya harus mengambil alih sejumlah emas fisik. Untuk menghindari kewajiban tersebut, banyak trader menjual kontraknya sebelum jatuh tempo dan membeli kontrak untuk bulan berikutnya dalam proses yang disebut rolling. Beberapa kontrak berjangka juga dapat diselesaikan secara tunai tanpa perlu pengiriman emas fisik.
Options bekerja serupa dengan kontrak berjangka, tetapi memberikan hak—bukan kewajiban—bagi pemegangnya untuk membeli atau menjual emas pada harga tertentu di masa depan. Baik kontrak berjangka maupun opsi umumnya diperdagangkan melalui platform pialang internasional seperti Charles Schwab dan Fidelity.
Di Indonesia, perdagangan kontrak berjangka emas diatur oleh Bappebti dan difasilitasi oleh bursa berjangka seperti ICDX (Indonesia Commodity and Derivatives Exchange). Produk Gold Futures yang diperdagangkan di sana memungkinkan pelaku pasar untuk bertransaksi dengan ukuran kontrak kecil, sehingga lebih terjangkau bagi investor ritel. Namun, tingkat partisipasi masyarakat dalam perdagangan derivatif emas masih terbatas karena dianggap berisiko tinggi dan membutuhkan pemahaman teknis yang mendalam.
Cara berinvestasi dalam saham perusahaan tambang emas
Anda juga dapat membeli saham perusahaan tambang emas seperti Newmont dan Barrick Gold melalui pialang saham. Harga saham perusahaan tambang emas biasanya bergerak searah dengan harga emas, tetapi fluktuasinya cenderung lebih ekstrem.
Ketika harga emas naik, harga saham perusahaan tambang biasanya meningkat lebih cepat. Sebaliknya, jika harga emas turun, nilai saham perusahaan tambang bisa anjlok lebih tajam. Beberapa investor memilih berinvestasi melalui ETF atau reksa dana yang berisi portofolio saham perusahaan tambang emas.
Sektor pertambangan emas di Indonesia memainkan peran penting dalam perekonomian nasional. Beberapa perusahaan besar seperti PT Freeport Indonesia, PT Amman Mineral, dan PT Archi Indonesia menjadi kontributor signifikan bagi ekspor mineral. Investor domestik dapat membeli saham perusahaan-perusahaan tambang emas yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, seperti ARCI (Archi Indonesia). Selain itu, meningkatnya harga emas dunia biasanya mendorong profitabilitas sektor ini, meski tetap diwarnai tantangan seperti fluktuasi harga komoditas dan kebijakan lingkungan pemerintah.
Mengapa emas mungkin bukan pilihan tepat bagi semua orang?
Seperti halnya aset lain, emas bisa menjadi sangat volatil ketika banyak investor berbondong-bondong masuk untuk mengikuti tren harga. Selain itu, emas tidak memberikan bunga atau dividen, sehingga menjadi kurang menarik ketika suku bunga sedang naik atau diperkirakan tetap tinggi.
Terakhir, harga emas cenderung melemah ketika ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi mulai mereda, karena investor kembali beralih ke aset berisiko yang menawarkan potensi imbal hasil lebih tinggi.
Dengan memahami berbagai bentuk investasi emas—mulai dari emas fisik, ETF, kontrak berjangka, hingga saham perusahaan tambang—investor dapat menyesuaikan strategi mereka dengan kondisi pasar dan tujuan finansial masing-masing.
Bagi sebagian investor Indonesia, emas tetap dianggap aset paling aman karena sifatnya yang likuid dan mudah dijual kapan saja. Namun, potensi keuntungannya cenderung terbatas dibandingkan dengan investasi saham atau properti. Selain itu, biaya penyimpanan dan spread harga jual-beli emas di dalam negeri masih cukup tinggi. Oleh karena itu, para penasihat keuangan lokal umumnya menyarankan agar emas dijadikan pelengkap portofolio, bukan aset utama, dengan porsi sekitar 10–15 persen dari total investasi.



