(Vibiznews-Column) Mengakhir tahun 2019 yang tinggal beberapa hari lagi, para trader dan investor di pasar forex biasanya mereview kembali kejadian-kejadian penting yang berpengaruh pada pergerakan forex selama tahun 2019. Para trader dan investor forex ini juga akan menyiapkan perencanaan dalam rangka mencari peluang profit di tahun 2020.
Untuk itu kita perlu melihat pada event-event utama yang menggerakkan pasar pada tahun 2019 supaya bisa mengikuti perkembangan selanjutnya dan memiliki pandangan kedepan yang akurat. Event-event utama yang menggerakkan pasar forex pada tahun 2019 biasanya akan berlanjut pada tahun 2020. Kemana arah dari event-event utama penggerak pasar forex ini pada tahun 2020 dapat dibaca dari perkembangan terakhir yang berlangsung pada akhir tahun 2019.
Melihat kepada kilas balik event-event utama penggerak pasar forex pada tahun 2019, kita melihat ada 3 penggerak pasar forex yang dominan terus menerus berlangsung sepanjang tahun 2019. Pertama adalah perang dagang AS-Cina. Kedua adalah keputusan kebijakan moneter bank sentral AS the Fed di dalam pertemuan FOMC nya. Dan yang ketiga adalah masalah Brexit.
Perang Dagang AS-Cina
Perang Dagang antara AS dengan Cina telah berjalan selama 17 bulan. Selama 17 bulan selalu diusahakan perundingan untuk mengakhiri perang dagang tersebut. Namun pembicaran selama perundingan mengalami kemajuan dan kemunduran yang terus berganti-ganti arah dan bahkan tidak sering terjadi kemandekan seolah tidak akan berlanjut negosiasinya. Pasar bahkan sempat mengabaikan berita-berita mengenai pembicaraan perdagangan antara AS-Cina karena sudah tidak percaya lagi. Namun pada minggu lalu, akhirnya berhasil di tandatangani kesepakatan perdagangan AS-Cina fase pertama. Namun optimisme kesepakatan perdagangan tahap pertama antara Amerika Serikat dengan Cina memudar, meskipun ada jaminan dari Gedung Putih bahwa kesepakatan dengan Cina telah selesai. Skeptisme yang muncul terutama disebabkan oleh sikap tutup mulut dari Beijing di dalam mengakui spesifikasi yang diletakkan oleh Amerika Serikat. Selain itu kesepakatan fase pertama gagal menjinakkan kemandekan perdagangan AS-Cina dengan pasar mengkuatirkan berlanjutnya perbedaan diantara kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Mengenai hal ini, Fitch baru-baru ini mengatakan bahwa kesepakatan perdagangan fase pertama AS-Cina sendirian tidak mungkin mengeliminasi ketidakpastian akan perpanjangan rnegosiasi fase kedua mengenai isu-isu struktural.
Brexit
Inggris mengadakan referendum pada tanggal 23 Juni 2016 untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa, yang dikenal dengan nama Brexit, namun sampai saat ini belum kunjung juga keluar. Proses panjang untuk bisa keluar ini disebabkan oleh karena mayoritas anggota Parlemen Inggris dikuasai orang-orang yang anti Brexit. Sebagai akibatnya pasar keuangan khususnya yang berhubungan dengan Poundsterling terus mengalami ketidakpastian akibat pergolakan politik yang terjadi di Inggris yang sempat menjatuhkan Perdana Menteri Theresa May dan digantikan dengan Boris Johnson. Boris Johnson juga digoyang kedudukannya sehingga baru-baru ini berlangsung pemilu cepat di Inggris yang kembali berhasil dimenangkan oleh Boris Johnson sebagai Perdana Menteri Inggris. Kemenangan Boris Johnson semula mengangkat Pounsterling ke ketinggian di level 1.33-1.34 karena kepastian akan selesainya Brexit. Namun tiba-tiba Poundsterling runtuh karena datangnya kembali ketakutan akan Brexit yang keras, GBP/USD sebentar menembus angka 1.3100 sebelum akhirnya naik lagi sedikit dan sekarang diperdagangkan di 1.3110.Runtuhnya Poundsterling terjadi setelah Downing Street mengumumkan rencana untuk membuat undang-undang yang mengharuskan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa pada tahun 2020 tanpa mengijinkan perpanjangan dari periode transisi. Berita ini membangkitkan kembali keprihatinan mengenai pendaratan yang keras.
Mereview kejadian-kejadian disekitar 2 penggerak pasar forex utama diatas pada tahun 2019 sampai kepada posisi yang terupdate sekarang ini, dapat disimpulkan bahwa Perang Dagang dan Brexit boleh dikatakan belum selesai dan pasar masih akan dihantui ketidakpastian yang akan mendukung harga assets safe haven seperti emas, USD, Yen dan lainnya di tahun 2020.
Kebijakan Moneter Federal Reserve AS
Pada tahun 2019 bank sentral AS the Fed telah memangkas tingkat suku bunganya tiga kali berturut-turut, sebanyak 25 basis poin dalam setiap kali pemangkasan sehingga total pemangkasan menjadi 0.75 basis poin. Pemangkasan tingkat suku bunga dilakukan oleh the Fed yang terakhir pada bulan Oktober. Pada bulan November the Fed tidak lagi memangkas tingkat suku bunganya. Pada pertemuan FOMC yang terakhir ditahun 2019, pada bulan Desember yang baru lalu, Federal Reserve AS mempertahankan tingkat bunga tetap tidak berubah, setelah tiga kali pemotongan.
Di dalam pernyataan oleh Federal Reserve pada hari Rabu, yang termasuk “dot plot” yang meletakkan perencanaan kebijakan moneter the Fed untuk tahun 2020 -2023, dengan jelas dikatakan bahwa tingkat bunga the Fed tidak akan berubah selama tahun 2020.
Proyeksi yang terbaru ini jauh berbeda dari “dot plot” yang terakhir dirilis. Meskipun demikian, selama konferensi pers, Powell mengatakan bahwa anggota komite menyesuaikan kebijakan moneter berdasarkan data ekonomi terbaru, bukan berdasarkan “dot plot”.
Gubernur Powell memberikan sikap yang lebih “dovish” daripada yang diantisipasikan. Meskipun masih optimis mengenai perkembangan ekonomi, Powell menunjukkan bahwa inflasi yang lemah akan berarti tingkat bunga yang rendah yang lebih lama. Dolar AS mengalami tekanan dengan komentar dari Powell ini.
Kelihatannya lingkungan dengan tingkat bunga yang rendah akan terus berlangsung menjadi hal yang normal pada tahun 2020. Dan hal ini akan memberikan dukungan bagi “assets” yang berdenominasikan dolar AS seperti emas maupun matauang utama negara lainnya.
Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner Vibiz Consulting
Editor: Asido



