(Vibiznews – Commodity) – Pada minggu ke dua Januari 2020 harga karet masih bergerak naik karena kenaikan harga minyak mentah karena konflik Timur Tengah dan juga semakin mendekatnya penandatanganan perjanjian dagang antara Cina dan AS.
Pada hari Senin 13 Januari ini, Bursa TOCOM ditutup, Jepang libur, sehingga pergerakan harga di Asia berlangsung bursa Asia Tenggara dan Cina.
Harga karet di TOCOM pada hari Jumat naik 0.4 yen (0.2%) menjadi 201.4 yen perkg.
Harga karet di Shanghai Futures pada penutupan hari Senin RU2005 turun 45 yuan menjadi 13,325 yuan perkg. Harga karet di Malaysia SMR20 615 ringgit.
Pasar Karet pada minggu lalu tanggal 6 – 10 Januari sangat di pengaruhi oleh 2 berita besar:
- Harga minyak telah melonjak ke level tertinggi dalam hampir empat bulan setelah serangan drone AS membunuh seorang komandan Iran dan Iran membalas dengan meluncurkan rudal terhadap pangkalan AS di Irak, tetapi merosot lagi ketika Washington dan Teheran mundur dari konflik.
Harga minyak mentah sangat mempengaruhi harga karet karena karet sintetis, sebagian bahannya dibuat dari minyak mentah. Kalau minyak mentah naik maka industri akan kembali menggunakan karet alam, sehingga permintaan karet alam meningkat dan harganya naik.
- Rencana Penandatanganan perjanjian dagang fase I antara AS dan Cina pada tanggal 15 Januari, apabila sudah ditandatangani maka diperkirakan perdagangan antara AS dan Cina akan kembali normal seperti sebelum perang dagang terutama untuk barang-barang pertanian dan perkebunan. Dengan pulihnya perdagangan maka diperlukan alat angkut kendaraan-kendaraan sehingga permintaan ban akan meningkat dengan demikian permintaan karet juga meningkat.
Berita- berita lain yang mempengaruhi kenaikan harga karet pada minggu lalu adalah :
- Data terakhir dari International Rubber Research Organization (IRSG) mengumumkan perkiraan permintaan karet meningkat 2.6% di 2020 sementara di 2019 diperkirakan akan turun 1.5% dari 2018. Sesuai data dari IRSG permintaan karet global akan naik kembali di 2020.
- Faktor penggerak permintaan karet adalah dari industri ban yang pertumbuhannya sebesar 4.3% di tahun 2019. Permintaan dari industri ban meningkat 1.5 % pada tahun 2020.
- Menurut IRSG permintaan akan turun 28.7 juta ton di 2019 tapi diperkirakan akan naik 29.5 juta ton di 2020 dan kenaikan 30.3 juta ton di 2021.
- Laporan itu juga menyatakan permintaan karet global di 2019 diperkirakan turun 0.1% atau 13.8 juta ton, dibanding dengan 2018. Dan di 2020 akan naik kembali 1.9%. Permintaan karet sintetis global di 2019 diperkirakan turun 2.8% dari 2018 atau 15 juta ton, dan akan rebound 3.4% di 2020.
- The International Tripartite Rubber Council, yang terdiri dari Thailand, Indonesia, dan Malaysia memperkirakan output karet turun 800,000 ton karena wabah jamur. Wabah jamur menyerang negara-negara Indonesia, Malaysia dan Thailand. Indonesia area yang terkena wabah jamur sebesar 382,000 ha di perkebunan Sumatera dan Kalimantan. Produksi Indonesia turun 15% dari tahun 2018 menjadi 3.76 juta ton. Di Thailand, produsen 40% dari karet dunia, area yang terkena jamur 330,000 rai dan penurunan produksinya 50%.
Kesimpulan :
Perbaikan dalam pertumbuhan ekonomi dan industri membuat permintaan akan kendaraan bermotor meningkat dan juga kendaraan angkutan, sehingga permintaan akan ban meningkat dan akan meningkatkan permintaan karet. Harga karet masih akan meningkat di 2020. Pergerakan harga minyak mentah di awal tahun yang meningkat juga mempengaruhi pergerakan harga karet.
Loni T / Analyst Vibiz Research Centre – Vibiz Consulting Group
Editor : Asido