Rekomendasi GBP/USD Mingguan 6 – 10 Juni 2022: Berpeluang Naik Kembali?

183
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Forex) Pergerakan bearish mengambil alih perdagangan GBP/USD pada minggu NFP yang pendek minggu lalu dan menjadi kerugian mingguan pertama dalam tiga minggu bagi poundsterling. Matauang Inggris gagal mengkapitalisir keuntungannya meskipun dollar AS mengalami koreksi yang berkelanjutan, dengan sentimen pasa memburuk setelah rilis data inflasi Inggris yang mengkuatirkan dan rilis data outlook pertumbuhan Inggris yang negatip.

Memulai minggu perdagangan baru pada minggu lalu di 1.2630, sempat naik pada hari Senin ke 1.2654 dengan tetap melemahnya USD. Namun pada hari Selasa berbalik turun ke 1.2613 dengan berbalik menguatnya USD. Pada hari Rabu melanjutkan penurunnya ke 1.2480 dengant terus menguatnya USD. pada hari Kamis GBP/USD berbalik arah. Pasangan matauang ini berhasil naik kembali ke 1.2554 karena melemahnya dollar AS dan mengecewakannya laporan ADP AS. Pada hari Jumat GBP/USD turun tajam ke bawah 1.2500 dan diperdagangkan di sekitar 1.2488  karena NFP AS muncul jauh lebih baik daripada yang diperkirakan.

Memulai minggu perdagangan yang baru pada hari Senin, GBP/USD sempat diperdagangkan naik di atas 1.2650 di sekitar 1.2654 pada jam perdagangan sesi AS, karena sentimen pasar yang “risk-on” dan tetap lemahnya dollar AS yang turun bersamaan dengan turunnya yields obligasi AS karena harapan akan berkurangnya ke-agresifan the Fed di dalam melakukan pengetatan moneter pada tahun ini.

Namun dalam perdagangan sesi Asia pagi hari Selasa, GBP/USD berbalik turun ke sekitar 1.2610 karena berbalik menguatnya dollar AS.

Partisipan pasar sekarang memperkirakan the Fed akan menghentikan siklus kenaikan tingkat bunga setelah dua kali kenaikan tingkat bunga masing-masing 50 bps pada bulan Juni dan bulan Juli dalam rangka untuk mencegah agar ekonomi AS tidak memasuki resesi. Perkiraan pasar ini diteguhkan dengan pada hari Jumat minggu lalu, AS merilis data inflasi Personal Consumption Expenditure untuk bulan April yang menunjukkan bahwa tekanan inflasi di AS kemungkinan bisa melemah.

Berita yang negatip dari Brexit juga menekan Poundsterling dengan mandeknya perundingan Inggris dengan Uni Eropa dalam hal protokol Irlandia Utara. Legislasi dari pemerintah Inggris yang akan melanggar sebagian dari kesepakatan Brexit telah membangkitkan kekuatiran akan terjadinya perang dagang antara Inggris dengan Uni Eropa ditengah krisis biaya hidup saat ini. Selain itu, kenaikan tingkat bunga oleh Bank of England diperkirakan sudah akan berdampak negatip terhadap ekonomi Inggris yang akan menekan turun pasangan matauang GBP/USD.

GBP/USD telah gagal memanfaatkan reboundnya yang berarti selama jam perdagangan sesi Eropa hari Selasa, melanjutkan penurunannya ke bawah 1.2600 dan diperdagangkan di sekitar 1.2582. Menguatnya kembali dollar AS di tengah keengganan terhadap resiko membebani GBP/USD ditengah kondisi trading yang baru berbalik normal setelah liburan AS. Namun dalam jam perdagangan selanjutnya pada sesi AS Selasa malam, GBP/USD berhasil bangkit dan naik ke atas 1.2600 dan diperdagangkan di sekitar 1.2613 karena berkurangnya penguatan dollar AS.

Yield obligasi benchmark 10 tahun AS naik setelah pasar obligasi AS kembali aktif selesai liburan tiga hari mulai dari akhir minggu kemarin. Kenaikan yield obligasi AS mendorong kenaikan indeks dollar AS sebanyak 0.3% ke 101.65.

Komentar pejabat the Fed yang hawkish memberikan dorongan naik tambahan terhadap dollar AS di tengah kondisi trading yang sepi. Anggota Dewan Gubernur the Fed Christopher Waller mengatakan bahwa kebijaksanaan tingkat bunga the Fed harus di atas netral pada akhir tahun untuk mengurangi permintaan.

GBP/USD turun pada hari Rabu setelah mengalami kenaikan pada hari Selasa. Pasangan matauang ini diperdagangkan turun ke bawah 1.2500 di sekitar 1.2480, karena menguatnya dollar AS dan naiknya yields treasury AS.

Dollar AS berhasil mengkapitalisasi kenaikan yield obligasi treasury AS dan indeks dollar AS kembali pulih dari kerendahan bulanan di 101.30 pada awal minggu ini dan naik ke ketinggian selama 10 hari di 102.50. Yield obligasi benchmark 10 tahun AS berada di teritori positip dan membantu dollar AS bisa tetap tangguh menghadapi rival utamanya.

Menguatnya dollar AS secara luas pada hari Rabu telah membuat GBP/USD turun tajam. Keluarnya data PMI manufaktur AS dari ISM yang lebih baik daripada yang diperkirakan dan mulainya pengurangan neraca the Fed telah memberikan dorongan naik terhadap dollar AS pada pertengahan minggu.

Sementara itu Deputy Gubernur Bank of England Jon Cunliffe mengatakan bahwa ekonomi Inggris diperkirakan akan melambat cukup besar pada tahun depan dan seterusnya, menyoroti outlook ekonomi Inggris yang memburuk.

Poundsterling Inggris menemukan kesulitan dalam menarik investor di tengah atmosfir pasar yang berhati-hati. Indeks saham utama Inggris FTSE 100 membukukan kerugian hariannya dan indeks saham AS berjangka diperdagangkan stabil tidak berubah.

Setelah sempat jatuh ke bawah 1.2500 untuk pertama kalinya dalam hampir dua minggu pada hari Rabu, pada hari Kamis GBP/USD berbalik arah. Pasangan matauang ini berhasil menembus 1.2550 ke sekitar 1.2554 karena melemahnya dollar AS ditengah sentimen pasar yang membaik dan mengecewakannya laporan ADP AS.

Laporan employment nasional dari ADP untuk bulan Mei menunjukkan kenaikan yang kurang daripada yang diperkirakan sebesar 128.000.

Indeks dollar AS (DXY) naik lebih dari 0.7% ke atas 102.50 pada hari Rabu namun kehilangan daya tariknya pada hari Kamis. Pergerakan yang positip dalam sentimen terhadap resiko membuat dollar AS mengalami kesulitan untuk bisa mengatasi rival-rivalnya.

GBP/USD berada dalam tekanan turun pada awal perdagangan sesi AS hari Jumat sebagai reaksi dari keluarnya laporan pekerjaan AS, Non-Farm Payrolls bulan Mei yang memberikan dorongan naik terhadap dollar AS. GBP/USD turun tajam ke bawah 1.2500 dan diperdagangkan di sekitar 1.2488 setelah data ekonomi AS yang bagus mendorong naik dollar AS, sementara Inggris dalam liburan merayakan Jubilee Ratu.

Laporan Non-Farm Payrolls AS mengenai situai pekerjaan untuk bulan Mei menunjukkan penciptaan pekerjaan AS naik 390.000. Angka ini meskipun lebih rendah dari angka bulan April di 428.000, masih lebih tinggi daripada yang diperkirakan pasar di 328.000. Tingkat pengangguran muncul sama dengan bulan sebelumnya di 3.6%, sedikit lebih rendah daripada yang diperkirakan di 3.5%. Sementara Labor Force Participation Rate sedikit membaik.

Pada minggu ini, pada hari Selasa, akan keluar data ekonomi:

The British Retail Consortium (BRC) Retail Sales Mei Y/Y yang sebelumnya – 1.7%, sekarang diperkirakan turun ke – 3.5%

The Composite PMI Index Inggris Mei Jasa yang sebelumnya berada pada 51.8, sekarang diperkirakan naik ke 57.6.

Pada hari Rabu, akan keluar data ekonomi:

Construction Purchasing Manager’s Index (PMI) Inggris Mei yang sebelumnya berada pada 58.2, sekarang diperkirakan turun sedikit ke 58.0.

Pada hari Kamis akan keluar data ekonomi:

Jobless claims AS yang sebelumnya berada pada 200.000, sekarang diperkirakan turun ke 190.000.

Pada hari Jumat akan keluar data ekonomi:

The Core Consumer Price Index (CPI) AS Mei m/m yang sebelumnya di 0.6%, sekarang diperkirakan turun ke 0.5%. Sementara untuk angka tahunan sebelumnya di 6,2%, sekarang diperkirakan turun ke 6%.

Apabila CPI AS turun, maka tekanan untuk menaikkan tingkat bunga berkurang sehingga berpeluang mendorong naik GBP/USD.

Michigan Consumer Sentiment Index rates Juni yang pada bulan Mei berada di 58.4, sekarang diperkirakan turun ke 56.9.

“Support” terdekat menunggu di 1.2460 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2400 dan kemudian 1.2386. “Resistance” terdekat menunggu di 1.2580 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2662 dan kemudian 1.2738.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

 

Editor: Asido