(Vibiznews – Commodity) – Minyak sawit adalah salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia, sampai dengan September 2022, Indonesia menguasai 52% pangsa pasar dari minyak sawit global. Indonesia memproduksi 40% dari produksi minyak sawit dunia.
Demikian pentingnya minyak sawit dalam menghasilkan devisa bagi Indonesia. Uraian dibawah ini membahas Market Review di 2022 dan Market Outlook 2023.
Kebijakan-kebijakan yang dibuat Indonesia terhadap perdagangan minyak sawit menjadi penggerak harga di 2022, selain daripada pengaruh pertumbuhan ekonomi global akibat inflasi tinggi efek dari Invasi Rusia ke Ukraina.
Di Tahun depan 2023 pengaruh pertumbuhan ekonomi global masih akan terus mempengaruhi harga dan pasar dari minyak sawit. Sementara cuaca ekstrem dapat mempengaruhi produksi minyak sawit dan ketersediaan dari pasokan.
Negara Penghasil Minyak Sawit Dunia
Negara | Jumlah (1000 MT) | |
1 | Indonesia | 46,500 |
2 | Malaysia | 19,800 |
3 | Thailand | 3,260 |
4 | Colombia | 1,838 |
5 | Nigeria | 1,400 |
Grafik Pergerakan Harga Minyak sawit tahun 2022
Market Review Minyak Sawit di 2022
Cuaca ekstrem
Pada awal Januari 2022 cuaca ekstrem berlangsung sehingga terjadi banjir di daerah perkebunan sawit di Malaysia sehingga produksi tidak bisa meningkat dan ditambah para pekerja di perkebunan juga belum ada.
Pandemi Covid –19
Pada dua bulan pertama 2022 harga minyak sawit sudah ada di harga antara 4,500 – 5,500 akibat pandemi covid 2022 dimana di Malaysia lockdown kekurangan pekerja asing di perkebunan sawit . Produksi berkurang. Persediaan turun.
Harga minyak sawit terendah di awal pandemi covid 19 Maret 2020 di 2,078 ringgit setelah 2 tahun sampai sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada 23 Februari di 2022 tertinggi di 5,982 ringgit artinya dalam dua tahun mengalami kenaikan 187.87%.
Invasi Rusia ke Ukraina 24 Februari
Kenaikan harian tertinggi selama 13 tahun setelah invasi Rusia ke Ukraina
Harga minyak sawit pada saat sebelum invasi 23 Februari di 2022 di 5,982 ringgit. Harga tertinggi setelah invasi pada 9 Maret di 7,074 ringgit sehingga kenaikan sejak 24 Februari invasi Rusia ke Ukraina 18.25% dalam 2 minggu kenaikan yang sangat tinggi.
Harga minyak sawit pada hari Rabu 9 Maret naik 10% menjadi 7,060 ringgit($1,686.98) per ton.
Harga sempat mencapai trading limit naik 13.2% di 7,268 ringgit setelah limit trading dinaikkan.
Penyebab kenaikan harga pada 9 Maret :
- Pada tanggal 9 Maret pada saat penetapan sangsi ke Rusia, AS tidak lagi membeli minyak mentah dan gas dari Rusia dan diikuti beberapa negara Eropa.
- Indonesia menaikkan Domestic Market Obligation (DMO) dari 20% menjadi 30% dimulai pada hari Kamis 10 Maret. Dengan adanya ketentuan DMO yang lebih besar maka ekspor Indonesia berkurang mengakibatkan Malaysia berharap ekspor akan beralih ke Malaysia sehingga harga minyak sawit naik.
Kebijakan – Kebijakan yang menurunkan Harga di bulan Maret
Harga minyak sawit Juni pada hari Jumat 18 Maret di bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 304 ringgit atau 5.12% menjadi 5,632 ringgit ($1,343.83) per ton.
Pada dari tanggal 14 Maret sampai 18 Maret ini harga minyak sawit turun 16% setelah mengalami kenaikan 3 minggu penurunan ini menghapuskan kenaikan dari 3 minggu setelah Rusia menyerbu Ukraina, penurunan mingguan terbesar sejak 28 Februari 1986,
Penyebab penurunan harga minyak sawit:
- Produsen utama Indonesia menghapus pembatasan volume ekspor produk minyak sawit dan menaikkan harga referensi untuk pajak ekspor dan biaya restribusi sebagai gantinya, Menurut Menteri Perdagangan Indonesia kebijakan kejutan U-turn hanya seminggu setelah mengejutkan pasar dengan pengetatan ekspor ditingkatkan.
- Plafon pajak dan retribusi ekspor kelapa sawit akan dinaikkan dari gabungan maksimum $375 per ton menjadi $675 per ton. Pajak minyak sawit mentah maksimum akan diterapkan ketika harga mencapai $ 1.500 per ton, kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.
Penurunan harga minyak sawit di bulan Maret akibat kebijakan di Indonesia
- Produsen minyak sawit terbesar Indonesia menetapkan harga referensi untuk April sebesar $1,787.50 naik dari $1,432.24 pada bulan Maret.
- Pendapatan dari biaya restribusi Indonesia di 2022 diperkirakan 68.18 trilyun rupiah ($4.76 milyar) turun dari 71.6 trilyun rupiah menurut Ketua Gapki.
- Subsidi untuk biodiesel di Indonesia sebesar 57.92 trilyun rupiah pada tahun ini dan 8.25 trilyun rupiah untuk subsidi minyak goreng yang dipakai untuk mengatur supaya inflasi makanan tidak tinggi.
Kebijakan impor India:
India membuat perjanjian pembelian 45,000 ton minyak bunga matahari dari Rusa dengan harga pengiriman yang tinggi di Bulan April dimana harga minyak nabati di India naik setelah Ukraina menghentikan pengiriman minyak bunga matahari setelah invasi Rusia ke Ukraina. Minyak bunga matahari dari Rusia dapat membantu importir minyak nabati terbesar di dunia dalam mengurangi kekurangan pada saat ketersediaan minyak nabati menipis karena keputusan Indonesia untuk membatasi pasokan minyak sawit dan menurunkan tanaman kedelai di Amerika Selatan.
Pembeli minyak nabati terbesar India melakukan pembatasan persediaan dari minyak nabati dan minyak biji-bijian dalam 6 bulan sampai 31 Desember 2022, untuk mencegah kenaikan harga yang tinggi.
Rusia juga melarang untuk ekspor minyak bunga matahari sejak hari Jumat 1 April dan membatasi kuota ekspor sebesar 1.5 juta ton dari minyak bunga matahari dari 15 April sampai 31 Agustus, menurut Kementerian Pertanian.
Larangan Ekspor Minyak sawit Indonesia dimulai pada 28 April malam.
pengumuman bahwa Indonesia melarang ekspor minyak sawit maka harganya naik ke $6,987 pada tanggal 27 April sebelum penerapan dari larangan ekspor minyak sawit Indonesia, dan setelah diterapkan larangan ekspor pada 28 April malam maka harga minyak sawit melonjak dan mengakhiri bulan April harganya mencapai rekor tertinggi di $7,104 pada tanggal 29 April
Penurunan harga minyak sawit pada 2 minggu pertama bulan Mei terjadi karena turunnya harga minyak mentah, menguatnya indeks dolar AS, dan kenaikan suku bunga AS, semua ini menekan harga komoditas
Harga minyak sawit Juli pada penutupan pasar hari Jumat 6 Mei di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 346 ringgit atau 5.12% menjadi 6,406 ringgit ($1,466.58) per ton penurunan minggu ke 2 berturut-turut
Pengumuman dari Presiden Jokowi untuk membuka ekspor minyak sawit dan turunannya pada hari Senin 23 Mei 2022
Harga minyak sawit Agustus di Bursa Malaysia Derivative Exchange turun 60 ringgit atau 0.98% menjadi 6,074 ringgit ($1,379.67) per ton
Selasa 7 Juni 2022 pemerintah Indonesia menurunkan pajak ekspor dan biaya restribusi menjadi $488 per ton dari $575 per ton untuk mendorong pengiriman ekspor.
23 Juni 2022 Harga minyak sawit turun ke terendah 6 bulan, mengikuti turunnya harga minyak mentah dan Indonesia menaikkan ekspor minyak sawit.
Harga minyak sawit September di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 482 ringgit atau 9.86% menjadi 4,498 ringgit ($1,021.58) per ton penurunan harian terbesar sejak Januari 2020.
Penyebab penurunan :
Indonesia mengijinkan ekspor sebesar 894,481 ton produk minyak sawit setelah Domestic Market Obligation (DMO) terpenuhi.
Presiden AS akan mengurangi pajak atas bahan bakar yang akan mengurangi biaya bagi pengemudi, sehingga biodiesel dari minyak sawit tidak menarik untuk dijadikan bahan bakar pengganti.
15 Juli 2022 terendah 1 tahun.
Harga minyak sawit September di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 189 ringgit atau 5.03% menjadi 3,572 ringgit ($804.14) per ton. Penurunan tiga hari berturut-turut. Harga minyak sawit turun 49.71% dari awal pelarangan ekspor minyak sawit Indonesia
Pengaruh penurunan dari Indonesia:
- Indonesia menurunkan harga referensi CPO menjadi $872.27 per ton efektif dari 1 Agustus – 5 Agustus. Penurunan ini akan menurunkan pajak ekspor.
- Indonesia menghapuskan persyaratan ekspor DMO yang digunakan untuk menahan agar harga minyak goreng tetap stabil pada hari Senin.
- Pemerintah mengijinkan eksportir mengekspor 9 kali dari penjualan lokal dari sebelumnya 7 kali dari penjualan lokal.
Pengaruh penurunan global :
- Inflasi yang tinggi membuat bank Sentral di AS dan Eropa menaikkan suku bunga sehingga pertumbuhan perekonomian turun dan diperkirakan akan terjadi resesi
- Harga minyak mentah mengalami tekanan turun dari harga tertingginya karena pertumbuhan ekonomi AS dan Eropa mengalami penurunan
- Tekanan harga turun terjadi juga pada harga komoditas termasuk minyak nabati, minyak kedelai turun, minyak sawit juga turun.
- Laut Hitam sudah dibuka kembali dan kapal mengirim jagung dan biji-bijian lain dari pelabuhan Ukraina. Ekspor Ukraina meningkat akibatnya harga biji-bijian turun.
Indeks dolar AS menguat harga komoditas menjadi turun.
Jumat 29 Juli 2022
Harga minyak sawit bergerak naik kembali pada akhir Juli, harga minyak sawit Oktober naik 131 ringgit (3.42%) menjadi 3,957 ringgit per ton tertinggi tiga minggu
Impor minyak sawit India sebesar 8 juta ton
Penyebab kenaikan harga komoditas global yang akan menggerakkan harga minyak sawit:
- Kenaikan dari harga minyak mentah karena persediaan kurang dan Arab Saudi tidak menambah produksinya
- Kenaikan harga bahan bakar membuat harga komoditas lain juga meningkat termasuk harga minyak sawit karena biodiesel bisa menjadi pengganti bahan bakar.
- Terjadi gelombang panas di Eropa hasil biji-bijian Eropa berkurang, cuaca kering di AS dan Amerika Selatan.
Kenaikan dari harga minyak sawit akan terjadi penyebabnya:
- India sebagai importir terbesar sudah melakukan pembelian di saat harga minyak sawit turun. Pembelian India ini menyebabkan ekspor di Malaysia dan Indonesia meningkat, akibatnya harga akan naik.
- Malaysia masih kekurangan pekerja di perkebunan kelapa sawit, sehingga produksi disaat panen berkurang.
- Kebijakan penggunaan biodiesel dari B30 sampai ke B40 di Indonesia akan menyerap minyak sawit.
Pada hari Jumat 12 Agustus harga minyak sawit naik ke 4,420 ringgit naik 24% dari harga terendah setahun pada 15 Juli di 3,572 ringgit. Namun pada hari Jumat ini harga minyak sawit masih turun 38% dari rekor tertinggi setelah pelarangan ekspor dari Indonesia di 7,104 ringgit pada bulan April.
Pergerakan apakah yang dapat membuat harga minyak sawit melanjutkan naik:
- Berkurangnya produksi dari minyak sawit karena kekurangan tenaga kerja di Malaysia
- Peningkatan ekspor terutama ke India untuk kembali membeli minyak sawit.
- Kenaikan dari harga minyak mentah yang membuat penggunaan biodiesel meningkat.
- Kekeringan global baik di AS, Eropa dan Amerika Selatan yang membuat terjadi penurunan produksi kedelai sehingga harga minyak kedelai meningkat.
29 September 2022 harga minyak sawit ke terendah 20 bulan Kekhawatiran akan resesi mengurangi permintaan akan minyak nabati.
Harga minyak sawit Desember di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 8.46% menjadi 3,225 ringgit ($696.85) per ton.
Harga minyak sawit pada pertengahan pasar sempat ke terendah 3,220 ringgit harga terendah sejak 3 Februari 2021. Selama 5 hari turun 17%
12 Oktober 2022 Harga minyak sawit turun persediaan tertinggi 3 tahun
Harga minyak sawit turun pada hari Selasa mengakhiri kenaikan harga pada 7 hari berturut-turut. Persediaan akhir September meningkat dan ekspor diawal Oktober melambat.
Harga minyak sawit Desember di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 145 ringgit atau 3.78% menjadi 3,602 ringgit ($790.41) per ton.
19 Oktober 2022 Harga minyak sawit naik ke harga tertinggi 7 minggu, karena hujan menyebabkan banjir di Kalimantan.
Harga minyak sawit naik 109 ringgit 2.72% menjadi 4,120 ringgit ($873.25 ) per ton. Naik ke tertinggi sejak 1 September 2022.
Pemerintah India diperkirakan akan menaikkan pajak import India.
Hujan badai di daerah perkebunan sawit di Kalimantan Tengah, sehingga mengganggu transportasi di TImur Malaysia dan Kalimantan Indonesia.
Tabel Produksi dan Persediaan Minyak Sawit Malaysia di 2022
Persediaan pada akhir September 2022 tertinggi 3 tahun akibat dari persediaan akhir meningkat dan ekspor melambat. Harga turun 3.78% pada tanggal 12 Oktober.
Tabel Industri Sawit Indonesia Agustus 2022
Persediaan minyak sawit Indonesia turun 4.04 juta ton di akhir bulan Agustus dibanding 5.91 juta ton pada bulan lalu dan 6.69 juta ton di akhir Juni. Menurut The Indonesian Palm Oil Association (GAPKI)
Permintaan biodiesel meningkat dari Januari – Agustus ekspor biodiesel 206,000 ton melebihi 167.000 ton ekspor 2021.
Persediaan minyak bunga matahari sebagai pengganti minyak sawit dari daerah Laut Hitam sangat volatile selama Perang Rusia – Ukraina. Daerah laut Hitam eksportir 76% dari minyak bunga matahari .
Pasca larangan, eksport produk sawit belum maksimal. Diperkirakan pada Agustus 2022 ekspor baru mencapai sekitar 2,8 ton. Padahal biasanya eksport Indonesia mencapai rata rata sekitar 3-3,5 juta ton.
MARKET OUTLOOK 2023
Harga minyak sawit dapat bergerak naik.
- Pada akhir tahun sampai awal tahun cuaca hujan di Malaysia dan Indonesia dapat menyebabkan banjir di perkebunan sawit sehingga tidak dapat mengambil tandan sawit atau menyebabkan pohon rusak.
- Perang Rusia Ukraina belum berakhir bahkan mulai Oktober 2022 serangan mulai gencar lagi.
- Penguatan dolar AS membuat harga minyak kedelai mahal, sehingga pedagang membeli minyak sawit.
- Kenaikan dari harga minyak mentah membuat Minyak sawit bisa menjadi biodiesel untuk menggantikan bensin yang harganya lebih mahal.
Tekanan yang membuat harga minyak sawit turun.
- produksi minyak sawit meningkat karena musim panen yang akan berlangsung di bulan September akibatnya persediaan meningkat.
- Ekspor biji-bijian yang meningkat dari Ukraina yang keluar dari pelabuhan laut hitam membuat harga biji-bijian turun dan menarik harga minyak nabati juga turun
- Krisis Ekonomi Global, dengan inflasi yang tinggi, suku bunga meningkat, harga komoditas turun
- Turunnya harga minyak mentah
- Menguatnya indeks dolar AS.
Kesimpulan :
- Harga minyak sawit pada tahun 2023 masih bisa naik kembali sebagai efek dari perang Rusia dan Ukraina yang menyebabkan pasokan minyak nabati terbatas dan harga bahan bakar meningkat.
- Cuaca ekstreem kekeringan atau hujan deras sehingga banjir membuat produksi berkurang dan persediaan terbatas.
- Namun kenaikan terhambat dengan adanya pertumbuhan ekonomi global turun, akibat dari pengetatan moneter untuk mengatasi inflasi global. Kekhawatiran terjadinya resesi menyebabkan permintaan turun.
Analisa tehnikal :
Pada tahun 2022 ini harga tertinggi setelah invasi Rusia ke Ukraina di bulan Februari di 7,004 ringgit dan kedua kalinya di bulan April setelah larangan ekspor minyak sawit Indonesia harga di 7,104 ringgit.
Setelah itu harga turun terendah 20 bulan karena kekhawatiran akan resesi di 3,220 ringgit
Pada akhir Oktober harga sudah bergerak lagi di atas 4000 ringgit
Support pertama di 2,970 ringgit dan berikut ke 2,613 ringgit sedangkan resistant pertama di 4,387 ringgit dan berikut ke 4,744 ringgit.
Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting.