Pada Outlook Forex USD/EUR/GBP 2024 – Bagian I, telah dibahas faktor – faktor yang bisa mempengaruhi pergerakan forex USD/EUR/GBP yaitu: nature/sifat dari matauang USD/EUR/GBP, kesehatan ekonomi AS/Eropa/Inggris, tingkat inflasi, rencana moneter dari masing – masing bank sentral, ketegangan geopolitik dan sentimen pasar pada umumnya.
Berdasarkan pembahasan faktor – faktor yang bisa mempengaruhi pergerakan forex USD/EUR/GBP pada Outlook Forex USD/EUR/GBP 2024 – Bagian I, analisa pergerakan forex USD/EUR/GBP pada tahun 2024 adalah sebagai berikut:
- USD (DXY)
Pada tahun 2023, nilai dolar terapresiasi terhadap kebanyakan matauang utama lainnya di dunia, selain karena faktor safe – haven, juga karena the Fed terus mempertahankan tingkat bunganya di level yang tinggi dalam rangka mengendalikan inflasi yang terus naik dan mencapai puncaknya sebesar 9.1% pada tahun 2022.
Terapresiasinya dolar AS juga disebabkan karena naiknya yield obligasi treasury AS dan meningkatnya permintaan terhadap asset yang aman.
Memulai awal tahun 2023, indeks dolar AS berada pada ketinggian di level 104.685 pada tanggal 3 Januari 2023. Pada tanggal 2 Oktober 2023, indeks dolar AS berhasil naik sampai ke level 107.029. Namun setelah itu dolar AS berbalik turun karena semakin meningkatnya eskpektasi bahwa bank sentral AS, the Fed, telah selesai dengan siklus kenaikan tingkat bunganya.
Persepsi pasar bahwa bank sentral AS telah selesai dengan siklus kenaikan tingkat bunganya didukung oleh mulai melambatnya perekonomian AS dan melonggarnya kondisi pekerjaan di AS.
Pada hari Rabu tanggal 6 Desember 2023, ADP mengatakan bahwa pada bulan lalu diciptakan pekerjaan sebanyak 103.000 di sektor swasta AS. Data ini meleset secara signifikan dari yang diperkirakan oleh para ekonom sebanyak 130.000. Sementara data employment sektor swasta pada bulan Oktober direvisi turun ke 106.000 pekerjaan, turun sedikit dari perkiraan awal sebanyak 113.000.
Sementara itu, data pekerjaan Job Openings and Labour Turnover Survey (JOLTS) yang keluar pada hari Selasa juga lebih buruk daripada yang diperkirakan. Data pekerjaan JOLTS AS turun sebesar 617.000 ke 8.733.000 pada bulan Oktober. Angka ini juga adalah angka terendah sejak bulan Maret 2021.
Data – data ekonomi AS yang mengecewakan ini membuat indeks dolar AS terbebani dan indeks dolar AS tertekan ke 103.705 pada hari Kamis, tanggal 7 Desember 2023.
Pada tahun 2024, dolar AS bisa saja berhasil mempertahankan kekuatannya atau bahkan lebih kuat lagi menghadapi rival – rival utamanya. Performa ekonomi negara – negara lain, khususnya Cina dan Eropa dengan kebijakan moneternya masing – masing akan menjadi faktor penentu yang signifikan.
Meskipun demikian, kemungkinan besar Federal Reserve akan berbalik arah pada tahun 2024 dan mulai menurunkan tingkat bunga mereka – suatu pandangan yang dipercaya oleh banyak partisipan di pasar karena inflasi umum Amerika Serikat turun lebih cepat daripada banyak negara lain seperti Inggris dimana harga supply masih tetap tinggi secara persisten.
Dolar AS mengarah turun dengan pasar sepakat mengenai penurunan tingkat bunga dari Federal Reserve AS (the Fed) pada awal tahun 2024. Pandangan ini berlawanan dengan beberapa peringatan dari anggota the Fed yang mengatakan bahwa pasar terlalu berkeinginan dan terlalu antusias mengenai penurunan tingkat bunga pada tahun 2024.
Tingginya perbedaan antara yields AS dengan negara – negara lainnya yang selama ini menjadi pendorong dari kuatnya dolar AS selama tahun 2023, kelihatannya mulai memudar. Kemungkinan membawa kepada penurunan dislokasi antara the Fed dengan pasar global pada permulaan tahun 2024.
Indeks dolar AS (DXY) telah turun 4.1% di kuartal ke empat tahun 2023 dan 1.8% di bulan Desember, tertekan oleh jatuhnya yields obligasi pemerintah AS dari siklus ketinggiannya sebagai akibat berbalik arahnya the Fed pada pertemuan FOMC terakhir tahun 2023 pada bulan Desember yang mengakui bahwa the Fed telah mulai mendiskusikan penurunan tingkat bunga dan memberikan signal akan memangkas biaya pinjaman beberapa kali pada tahun 2024.
Yield obligasi treasury AS benchmark 10 tahun turun dari 5% ke 3.9% dan benchmark 2 tahun turun dari 5.25% ke 4.35%.
Pada tahun 2024, diperkirakan indeks dolar AS akan turun ke bawah 100.00 di sekitar 98.00 – 97.00.
- EUR (EUR/USD)
Pasangan matauang EUR/USD diperdagangkan pada posisi terendah di 1.0477 dan pada posisi tertinggi di 1.1275 pada tahun 2023. EUR/USD memulai tahun 2023 di sekitar 1.0700 dan berhasil naik ke sekitar 1.1000 menjelang akhir tahun 2023.
European Central Bank (ECB) melakukan empat kali kenaikan Main Refinancing Rate, naik dari 0.0% ke 2.50% pada tahun 2022 dan terus melakukan enam kali lebih kenaikan tingkat bunganya pada tahun 2023 sampai ke level 4.50% pada bulan September 2023.
ECB mengambil pendekatan yang lebih konservatif terhadap pengetatan moneter dengan alasan untuk memerangi inflasi yang terus tinggi. Dengan berjalannya waktu dan mundurnya perekonomian di zona Euro, partisipan pasar mulai bertanya-tanya apakah bank sentra Eropa ini bisa menjinakkan inflasi sementara perekonomian sedang mengalami kemunduran.
Keprihatinan akan resesi yang meluas mendorong investor kembali menyerbu dolar AS yang safe – haven.
Ekonomi AS tetap tangguh dan bahkan membukukan pertumbuhan yang sehat. AS kemungkinan akan mengalami pendaratan yang lembut. Sebaliknya, ekonomi Uni Eropa masih menuju resesi pda tahun 2024.
Pengetatan Moneter Berakhir
Dengan tahun 2023 akan segera berakhir, pasar keuangan terus berdagang dengan digerakkan oleh sentimen. Dolar AS jatuh sementara Euro naik dengan naiknya keyakinan. Optimisme mendorong naik bursa Saham AS, Wall Street dan mendorong turun yields obligasi pemerintah yang merupakan pertanda berkurangnya ketakutan di pasar.
Pada pertemuan bank sentral – bank sentral di bulan Desember, partisipan pasar percaya bahwa pengetatan moneter telah berakhir dan waktu untuk berbalik arah telah tiba.
Untuk pertama kalinya, Federal Open Market Committee (FOMC) tidak menolak ekspektasi partisipan pasar mengenai penurunan tingkat bunga.
Bahkan Summary of Economic Projections (SEP) mengantisipasikan paling tidak penurunan tiga kali 25 bps pada tahun 2024. Selain itu ketua the Fed Jerome Powell mengatakanb bahwa diskusi mengenai penurunan tingkat bunga di tengah mendinginnya inflasi akan bisa menjadi topik kedepannya.
ECB dibelakang the Fed
European Central Bank (ECB) berada dua langkah di belakang Amerika Serikat dalam hal penurunan tingkat bunga. Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan bahwa para pejabat pembuat kebijakan tidak membicarakan mengenai penurunan tingkat bunga sama sekali. Meskipun demikian ECB mempertahankan tingkat bunganya tidak dinaikkan pada pertemuan kebijakan ECB bulan September dan Desember.
Para pembuat kebijakan di ECB terus memperingati partisipan pasar bahwa Keputusan mereka berhubungan dengan tekanan inflasi, dan menambahkan bahwa kondisi moneter yang restriktif kemungkinan perlu dibuat lebih lama daripada yang diperkirakan.
Kemungkinan EUR/USD akan naik secara moderat pada tahun 2024 terutama disebabkan karena melemahnya dolar AS dengan AS diperkirakan akan menurunkan tingkat bunganya lebih dahulu dan lebih besar daripada Eropa.
ECB kelihatannya tidak akan bergerak lebih dahulu sebelum the Fed bergerak dan juga tidak selama kondisi ekonomi berada pada teritori kontraksi seperti sekarang.
Apabila the Fed jadi menurunkan tingkat bunganya katakanlah pada semester kedua tahun 2024, maka ECB kemungkinan baru akan melakukan hal yang sama pada kuartal terakhir tahun 2024.
Support – Resistance
Pada tahun 2024, EUR/USD berpotensi naik dengan kenaikan EUR/USD akan berhadapan dengan resistance di 1.1160 dan kemudian 1.1470 setelah sebelumnya berhasil menembus 1.1250/1.1300.
Sebaliknya apabila berbalik turun, penurunan EUR/USD akan berhadapan dengan support di 1.0700 dan selanjutnya di 1.0447 – 1.0390, setelah sebelumnya berhasil menembus 1.0600.
- GBP (GBP/USD)
GBP/USD mengalami pergerakan harga yang seperti rollercoaster pada tahun 2023. Meskipun demikian Poundsterling (GBP) berhasil mempertahankan keuntungan pemulihannya yang diperoleh pada paruh pertama tahun 2023 dimana GBP/USD sempat mencapai ketinggian di 1.3135 pada 13 Juli 2023, naik dari level terendah di 1.1830 yang terjadi pada 7 Maret 2023. Secara rata-rata, GBP/USD bergerak di sekitar 1.2434.
Sementara itu, dolar AS gagal untuk bisa mempertahankan kenaikannya sehingga membantu GBP/USD mendapatkan keuntungan lebih dari 5% pada tahun 2023. Meskipun demikian, kita perlu menganalisa apakah Poundsterling Inggris ini akan bisa mempertahankan ayunan naiknya ke atas terhadap Dolar AS pada tahun 2024.
Kita perlu melihat titik kritikal yang melatarbelakangi pergerakan GBP/USD pada tahun 2023. Katalisator kunci yang membawa pada pemulihan GBP/USD adalah kenaikan dari kerendahan selama 37 tahun di 1.0339 yang terjadi pada bulan September 2022.
Di tengah resesi yang mengintip perekonomian Inggris, angka inflasi Inggris yang dua digit dan kebijakan moneter yang ketat yang diberlakukan oleh Bank of England pada paruh pertama tahun 2023, GBP/USD berhasil melewati semuanya itu dan menghentikan tren turun yang telah berlansung sejak tahun 2022.
Bisa berbaliknya tren GBP/USD pada paruh ke dua tahun 2023 disebabkan karena terjadinya divergensi kebijakan moneter antara Federal Reserve AS (the Fed) dengan BoE di tengah spekulasi akan berbalik arahnya kebijakan moneter pada tahun 2024 dan melemahnya tekanan inflasi pada tahun 2024.
Inflasi
Inflasi di Inggris terbukti lebih persisten daripada inflasi di negara maju lainnya, termasuk di AS, dengan Consumer Price Index (CPI) umum tahunan berada di 10.1% pada bulan Januari 2023, memperpanjang inflasi dua digit yang sudah dimulai dari sejak akhir tahun 2022.
Bank of England (BoE) tetap yakin bahwa turunnya harga minyak mentah dan semakin tangguhnya ekonomi akan bisa membuat inflasi turun lebih cepat pada bulan – bulan yang akan datang pada tahun 2023. Inflasi Inggris memang turun ke bawah 10.0% pada kuartal kedua namun tetap di atas daripada yang diperkirakan oleh konsensus pasar.
Namun Inggris mengalami kejutan dengan melambatnya kenaikan harga pada kuartal ketiga 2023, meskipun masih lebih dari dua kali lipat dari target BoE di 2%. Inflasi upah Inggris melambat paling besar dalam hampir dua tahun pada kuartal ketiga.
Kemajuan yang menyolok terjadi di dalam menjinakkan inflasi oleh para pembuat kebijakan AS, dengan inflasi CPI tahunan memperpanjang tren penurunannya dari 6.4% pada bulan Januari menjadi 3.1% pada bulan November. Jatuhnya harga energi menjadi kontributor penurunan yang besar.
Divergensi Kebijakan Fed vs BoE
Di dalam pertempuran untuk menjinakkan inflasi, baik the Fed maupun BoE sama-sama memperpanjang siklus pengetatannya, namun perbedaan arah terjadi pada tahun 2023. The Fed berbalik agak pasif dibandingkan dengan keagresifan di dalam menaikkan tingkat bunganya pada tahun sebelumnya. Sebaliknya, BoE tetap mempertahankan retorika yang hawkish, mengulangi bahwa “melanjutkan pengetatan di dalam kebijakan moneter diperlukan apabila ada bukti tekanan inflasi menjadi lebih persisten.
The Fed telah memberlakukan 11 kali kenaikan tingkat bunga sejak bulan Maret 2022. Bank sentral AS ini cenderung berhenti sebentar dalam menaikkan tingkat bunganya pada bulan Juni yang diikuti dengan pertemuan pada bulan Juli. Secara total the Fed menaikkan tingkat bunga sebanyak satu persen selama tahun 2023 membuat tingkat bunga akhirnya berada di 5.25% – 5.50%, level tertinggi sejak lebih dari 22 tahun.
Sebaliknya, Bank of England (BoE) mengakhiri kenaikan tingkat bunga pada kenaikan yang ke 14 di bulan September, setelah menaikkan tingkat bunga benchmark bank dari 0.10% ke 5.25% ketinggian 15 tahun, selama rentang waktu antara Desember 2021 sampai Agutus 2023.
Pada pertemuan bulan Juni, bank sentral Inggris mengejutkan pasar dengan menaikkan tingkat bunga setengah persen, meneguhkan bahwa ada berita signifikan yang menunjukkan inflasi Inggris yang tinggi secara persisten akan lebih lama turunnya.
BoE mengumumkan kenaikan tingkat bunga lagi sebesar 25 bps pada bulan Agustus sebelum akhirnya berhenti namun tetap mempertahankan sikap tingkat bunga yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama sampai akhir tahun 2023. Secara keseluruhan, BoE telah mengimplementasikan kenaikan tingkat bunga sebesar 175 bps selama tahun 2023.
Penurunan Tingkat Bunga
Berbicara pada konferensi pers setelah pertemuan FOMC the Fed bulan Desember, ketua The Fed mengatakan bahwa kebijakan moneter yang ketat secara historik kemungkinan akan segera berakhir, dengan diskusi mengenai penurunan biaya pinjaman muncul ke permukaan. Komentar Powell ini memberikan konfirmasi bahwa terhadap ekspektasi berbalik arahnya the Fed menjadi dovish dan penurunan tingkat bunga segera terjadi.
The Statement of Economic Projection (SEP), yang sering disebut Dot Plot, menunjukkan bahwa para pejabat the Fed memperkirakan penurunan tingkat bunga sebesar 75 bps pada tahun 2024 dengan inflasi berhasil diturunkan menjadi 2.4% pada tahun 2024.
Pasar bahkan lebih dovish lagi, dengan memperhitungkan dalam perhitungan harga penurunan tingkat bunga sebesar 150 bps pada tahun 2024, dua kali lebih besar daripada yang diperkirakan oleh the Fed.
Sementara itu, para pembuat kebijakan moneter di BoE terus melawan ekspektasi penurunan tingkat bunga pada tahun 2024, dengan pernyataan kebijakan bulan Desember yang mengatakan bahwa indikator kunci dari inflasi Inggris tetap tinggi secara persisten.
Namun, performa ekonomi Inggris yang memburuk memicu pasar uang untuk mulai memperhitungkan dalam perhitungan harga penurunan tingkat bunga sebanyak empat kali 25 bps mulai dari musim panas tahun 2024, mengantisipasikan tingkat bunga kunci BoE akan diturunkan dari 5.25% ke 4.25% sampai akhir tahun 2024 dengan penurunan tingkat bunga pertama akan dilakukan secepatnya pada bulan Juni ke 5.0%.
Sentimen Pasar
Pasar percaya bahwa the Fed kemungkinan perlu menurunkan tingkat bunga lebih cepat daripada yang diperkirakan, dengan ekonomi AS kemungkinant tidak akan mendarat dengan halus. Pernyataan di dalam kebijakan moneter the Fed mengatakan bahwa indikator ekonomi AS belakangan ini menunjukkan aktifitas pertumbuhan ekonomi AS telah melambat dari kecepatannya yang kuat pada kuartal ketiga.
Pada perkiraan yang kedua, ekonomi AS diperkirakan bertumbuh solid per tahun dengan kecepatan 5.2% pada kuartal ketiga, lebih tinggi daripada perkiraan awal di 4.9%. Namun pasar percaya bahwa ketangguhan ekonomi AS ini tidak akan berlangsung terus.
Dan hal ini dikonfirmasi dengan indikator utama ekonomi AS, Gross Domestic Product (GDP) yang mulai melemah. Bureau of Economic Analysis (BEA) AS pada hari Kamis, 21 Desember 2023, melaporkan laporan perkiraan final yang menunjukkan bahwa ekonomi AS hanya bertumbuh sebesar 4.9%, kembali ke perkiraan awal, dibandingkan dengan yang diperkirakan dan angka sebelumnya sebesar 5.2%.
Laporan dari BEA AS ini membuat yield obligasi treasury AS turun tajam dan terjadi aksi jual terhadap dolar AS yang sebelumnya telah berada pada posisi di bawah karena naiknya ekspektasi mengenai penurunan tingkat bunga oleh Federal Reserve AS. Melemahnya kembali dolar AS mendorong naik EUR/USD. Indeks dolar AS turun 0.40% ke 101.610.
Dari Inggris, meskipun BoE sebagian besar mengabaikan kontraksi di dalam GDP Inggris bulan Oktober sebesar 0.3%, prospek terjadinya resesi ekonomi Inggris pada tahun 2024 tetap tinggi.
Ada tanda – tanda meningkatnya stress di dalam ekonomi Inggris dengan para rumah tangga dan bisnis tetap berada di bawah tekanan karena tingginya biaya pinjaman. Ekonomi Inggris kelihatannya akan terus menghadap badai pada tahun 2024 dan akan bisa mengalami resesi meskipun tidak mendalam, menjelang akhir tahun 2024, dengan dampak dari kenaikan tingkat bunga sebesar 515 bps mulai menunjukkan dirinya.
Support – Resistance
Pada tahun 2024, GBP/USD berpotensi naik dengan kenaikan GBP/USD akan berhadapan dengan resistance di 1.2875 dan 1.3066 yang apabila berhasil dilewati akan berhadapan dengan level 1.3500 dan 1.3700.
Sebaliknya apabila berbalik turun, penurunan GBP/USD akan berhadapan dengan support di 1.2260 dan 1.2070 yang apabila berhasil ditembus akan berhadapan dengan level 1.1800 dan 1.1414.
Lihat : Outlook Forex USD/EUR/GBP 2024 – Bagian I
Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting.
Editor: Asido.