(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan di minggu lewat ini mixed, dengan IHSG tergerus profit taking dari ATH-nya namun rupiah perkasa di 13 bulan tertingginya.
- BI memutuskan menurunkan BI Rate 25 bps ke level 6%.
- Capital inflow mengalir deras, sekitar Rp25,6 triliun dalam seminggu.
- Sentimen global saat ini sudah dimulainya pemangkasan suku bunga the Fed sebesar 50 bps.
- Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah data uang beredar di hari Senin nanti.
Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 23-27 September 2024.
===
Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau berakhir terkoreksi signifikan setelah 5 pekan bullish dan selalu mencetak rekor tertingginya, jatuh ke level seminggu terendahnya dipimpin terutama sektor infrastruktur serta kesempatan investor melakukan profit taking. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya dalam rally. Secara mingguan IHSG ditutup melemah 0,88%, atau 69,127 poin, ke level 7.743,004. Untuk minggu berikutnya (23-27 September 2024), IHSG kemungkinan akan ambil kesempatan untuk rebound bertahap, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 7.902 dan 7.950. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 7.654, dan bila tembus ke level 7.546.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu kembali rally tajam dalam tren bullish 2 bulan terakhir, mencapai area 13 bulan lebih tertingginya, sejak awal Agustus tahun lalu, setelah pemangkasan suku bunga the Fed yang kemungkinan berlanjut cukup agresif, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir menguat 1,17% atau 273 poin ke level Rp 15.116 per USD. Sementara, dollar global tekoreksi ke 3 minggu terendahnya setelah pemangkasan bunga the Fed sebesar 50 bps. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan berupaya bangkit dari tekanan, kemungkinan rupiah tertahan koreksi sejenak karena sudah lompat ke overbought-nya dan masih bias menguat, dalam range antara resistance di level Rp15.455 dan Rp Rp15.583, sementara support di level 15.070 dan Rp15.043.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau naik kuat secara mingguannya, terlihat dari pergerakan turun yield obligasi dan berakhir ke 6,428% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah derasnya aksi beli investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury terpantau rebound dari koreksi 2 pekannya.
===
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 September 2024 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,75%.
Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi pada tahun 2024 dan 2025 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1%, penguatan dan stabilitas nilai tukar Rupiah, dan perlunya upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi.
Berbagai indikator terkini, termasuk hasil survei Bank Indonesia, menunjukkan kegiatan ekonomi pada triwulan III 2024 yang baik, sebagaimana tecermin pada keyakinan konsumen yang tinggi, penjualan eceran yang positif, serta impor barang modal dan penjualan semen yang meningkat.
Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2024 diprakirakan berada dalam kisaran 4,7-5,5%.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia Agustus 2024 mengalami surplus 2,90 miliar dolar AS terutama berasal dari sektor nonmigas. Surplus ini lebih tinggi dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan bulan Juli. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 52 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Berdasarkan data transaksi 17 -19 September 2024, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp25,60 triliun, terdiri dari beli neto sebesar Rp4,19 triliun di pasar saham, Rp19,76 triliun di pasar SBN, dan Rp1,66 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
===
Ke mana pasar segera akan bergerak? Haruskah ambil tindakan sekarang atau “wait and see”? Dunia investasi, harus diakui, diwarnai elemen ketidakpastian. Sewaktu-waktu bisa berubah, lebih cepat dari perubahan di panggung politik sekalipun. Kalau penuh kepastian, ini memang lahan gampang jadi kaya. Kenyataannya pasar bergerak begitu dinamisnya, sepertinya tanpa kepastian. Itu bagaikan batu jebakan bagi banyak investor, tetapi sebaliknya sebagian investor melihat itu sebagai batu loncatan mendulang untung. “Informasi” menjadi kata kunci di sini untuk melakukan tindakan investasi yang tepat atau pas, sekaligus minimum risiko.
Di sinilah Vibiznews.com dapat membantu para pembacanya karena menyediakan berbagai berita, analisis dan rekomendasi pasar terkini. Tetaplah bersama kami, Anda akan terbantu dalam pengambilan keputusan investasi. Terima kasih telah setia bersama kami, partner sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting