IHSG Tergelincir, Pasar akan ke Mana? — Domestic Market Outlook, 10-14 Februari 2025

883

(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada seminggu berlalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:

  • Pasar keuangan di minggu yang lewat ini melemah, bahkan IHSG tergelincir tajam 5,2%.
  • Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 dirilis sebesar 5,03% (yoy).
  • Cadangan devisa Januari meningkat menjadi sebesar 156,1 miliar dolar AS.
  • Capital inflow dilaporkan sekitar Rp1,5 triliun.
  • Sentimen global saat ini masih sekitar dinamika perang dagang global.
  • Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah data keyakinan konsumen pada hari Senin, rilis penjualan ritel di hari Rabu, serta data indeks harga property pada Jumat nanti.

Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 10-14 Februari 2025.

===

Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau berakhir bearish tajam ke level 8 bulan terendahnya, yang terburuk di kawasan Asia, ditekan net sell investor asing sekitar Rp3,3 triliun terutama pada saham perbankan, serta rilis data PDB 2024 sebesar 5,03% (yoy) yang sedikit lebih rendah dari tahun 2023. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya variatif. Secara mingguan IHSG ditutup melemah tajam 5,16%, atau 366,620 poin, ke level 6.742,576. Untuk minggu berikutnya (10-14 Februari 2025), IHSG kemungkinan akan cari peluang rebound dari oversold area yang dalam, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level level 7.079 dan 7.175. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 6.656, dan bila tembus ke level 6.639.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu berakhir melemah terbatas ke level 1 minggu terendahnya, di antara dukungan capital inflow di pasar SBN sekitar Rp9 triliun serta penguatan USD index yang sempit. Rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,09% atau 15 poin ke level Rp 16.270 per USD. Sementara, dollar global agak sideways dalam konsolidasi. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan masih menanjak, atau kemungkinan rupiah konsolidasi dalam bias melemah, dalam range antara resistance di level Rp16.469 dan Rp Rp16.485, sementara support di level 16.149 dan Rp16.059.

Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau naik secara mingguannya, terlihat dari pergerakan turun dari yield obligasi dan berakhir ke level 6,864% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah berbaliknya ke aksi beli investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury terpantau terkoreksi di pekan keduanya.

===

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekonomi triwulan IV 2024 tumbuh sebesar 5,02% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan sebelumnya sebesar 4,95% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, ekonomi Indonesia secara keseluruhan tahun 2024 tumbuh sebesar 5,03% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2023 sebesar 5,05% (yoy).

Ke depan, menurut BI, pertumbuhan ekonomi 2025 diprakirakan tetap baik dalam kisaran 4,7–5,5% (yoy).

Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2025 tercatat sebesar 156,1 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan posisi pada akhir Desember 2024 sebesar 155,7 miliar dolar AS. Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain bersumber dari penerbitan global bond pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa.

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari 2025 menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, IHK Januari 2025 tercatat deflasi sebesar 0,76% (mtm), sehingga secara tahunan inflasi IHK menurun menjadi 0,76% (yoy) dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 1,57% (yoy).

Berdasarkan data transaksi 3 – 6 Februari 2025, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp1,45 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp3,29 triliun di pasar saham, beli neto Rp9,14 triliun di pasar SBN, dan jual neto Rp4,40 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

===

 

Pada bulan kedua di tahun 2025 ini, gairah investasi di berbagai pasar tetap terlihat menggeliat. Pasar bergerak tanda bahwa investor sedunia melihat adanya potensi profit untuk perdagangan dan pilihan investasi saat ini. Sementara itu, sebagian investor masih terus berpandangan ini bukan waktu yang pas dengan melihat konsolidasi pasar yang kelihatannya serba tidak pasti. “Takut salah langkah,” demikian pikir mereka.

Fear” atau ketakutan seringkali menjadi faktor penghambat dalam psikologis perdagangan. Acapkali ini sebenarnya gambaran dari ketidaktahuan situasi dan kondisi pasar. Dari pada serba menebak, lebih baik Anda bergabung dengan komunitas pembaca vibiznews.com. Pasar yang abu-abu akan menjadi terang benderang. Bagi pemirsa, kami sampaikan terimakasih telah tetap bersama dengan kami, partner sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting