Pengaruh Kenaikan Tingkat Bunga AS

1192

(Vibiznews – Forex) Ekspansi kredit Amerika Serikat dan ledakan krisis ekonomi dan moneter sesudahnya di awal tahun 2000 an hampir menenggelamkan semua sistem keuangan global. Kebijakan moneter yang radikal segera diajukan di tahun 2008/2009 oleh bank sentral global untuk mengatasi malapetaka yang terjadi. Dan sekarang, setelah hampir satu dekade kemudian, kebijakan yang sifatnya darurat ini mulai diputar balik. Operasi/pembedahan keuangan yang dilakukan dengan cepat-cepat ini di tahun 2008/2009 dan proses penyembuhannya yang panjang sudah hampir berakhir.

Sekarang tingkat bunga AS sedang naik dan menurut konsensus pasar mereka direncanakan untuk naik 2X lagi sebanyak 50 basis poin pada tahun ini.  Data terakhir dan reaksi pasar memberikan signal bahwa tingkat bunga bisa naik lebih daripada ini karena tekanan inflasi sedang meningkat di AS. Apa pengaruh dari kenaikan tingkat bunga Amerika Serikat ini?

Pengaruhnya Tehadap Matauang Utama Dunia

Baru-baru ini, pada tanggal 13 Juni 2018, Federal Reserve menaikkan Fed Funds Rate 25 basis poin sebagaimana yang telah diperkirakan. Proyeksi yang terupdate memberikan signal the Fed akan kenaikan dua kali lagi tingkat bunga selama sisa dari tahun ini. Proyeksi ini telah meningkatkan dolar AS disegala penjuru.

EUR/USD turun dari 1.1785 menjadi 1.1742 setelah rilis pernyataan dari FOMC dan proyeksi ekonomi AS yang terupdate. Pasangan matauang ini turun karena rally dari dolar AS di pasar. Indeks dolar AS menghapus kerugian sebelumnya dan naik kembali keatas 93.50. Euro kehilangan keuntungan pada hari-hari sebelumnya dalam sekejab dan menguji level dibawah 1.1750.

AUD/USD turun dari dekat 0.7600 menjadi 0.7525, mencapai level terendah sejak tanggal 1 Juni.

Analis pada ING mengatakan kepada fxnews, “Meskipun ada resiko yang dihasilkan oleh perang dagang dan kesulitan-kesulitan yang terjadi dipasar emerging, Fed kelihatannya percaya diri dalam outlooknya dan telah memilih untuk menaikkan tingkat bunga sebanyak 25 basis poin. Mengasumsikan ekonomi AS terus berjalan baik dan inflasi/pertumbuhan upah terus meningkat, kami memperkirakan the Fed akan menaikkan tingkat bunga dua kali lagi dalam sisa setengah tahun ini”.

Dolar AS mendapatkan momentum diseluruh bagian, bahkan terhadap matauang Emerging Market, didukung oleh outlook FOMC, proyeksi dan perubahan di dalam statement. Dolar AS memegang keuntungan setelah testimoni awal dari Jerome Powell.

Pengaruhnya Terhadap Real Estate

Disetir oleh tingkat bunga terendah yang pernah terjadi dalam sejarah di dunia pada dekade yang lalu, harga “financial assets” diseluruh dunia telah menyentuh rekor tertinggi dibanyak kelas assets – obligasi, saham dan real estate. Banyak pemerintah dan bank sentral telah menginisiasikan langkah-langkah yang ditujukan untuk mendinginkan pasar properti yang telah “overheating”.  Hongkong, Cina dan Singapura telah menggunakan langkah-langkah pendinginan secara agresif.

Jadi, bila kita menengok kebelakang pada dekade yang lalu, pemilik dari asset-assets keuangan di banyak pasar diseluruh dunia telah mengalami hari-hari yang baik. Pekerja dengan penghasilan menengah, para pensiunan, orang-orang lain yang hidup dari penghasilan yang tetap, deviden atau pendapatan bunga telah mengalami hari-hari yang relatif buruk. Tingkat bunga yang rendah telah menguntungkan para pemilik assets keuangan.

Pemikiran ekonomi konvensional mengajarkan kepada kita bahwa menaikkan tingkat bunga adalah negatif untuk harga-harga real estate, dan bahwa turunnya tingkat bunga akan mendorong harga properti naik lebih tinggi.

Tetapi itu tidaklah semudah itu terjadi. Ada banyak kejadian di Hongkong dimana turunnya tingkat bunga diikuti dengan turunnya harga properti dan sebaliknya naiknya tingkat bungan diikuti dengan naiknya harga properti.

Selama bertahun-tahun, tingkat bunga “real” – bukan tingkat bunga nominal – adalah ukuran memprediksi performance harga real estate yang lebih baik. Bertahun-tahun, ketika tingkat bunga “real” sangat rendah, atau negatif, pasar real estate cenderung naik. Dan ketika tingkat bunga “real” positip secara signifikan, yaitu tingkat bunga lebih tinggi daripada inflasi, harga properti cenderung terpukul.

Pengaruhnya Terhadap Negara Lain

Kenaikan tingkat bunga AS tidak hanya akan mempengaruhi AS saja, melainkan juga akan mempengaruhi negara-negara lainnya.

Hongkong

Karena dolar Hongkong di kaitkan kepada dolar AS, Hongkong Monetary Authority yang ditugaskan untuk menjaga moneter harus mengikuti tingkat bunga AS. Jadi harga asset Hongkong, khususnya real estate, akan menjadi lebih volatil daripada pasar yang lain.

Hongkong tidak dapat menaikkan dan menurunkan tingkat bunganya sendiri untuk mengkontrol inflasi domestic atau menaikkan/menurunkan harga asset. Dan karena tingkat bunga AS tidak sesuai dengan kebutuhan pasar Hongkong, tingkat bunga akan lebih rendah daripada yang diperlukan – yang akan mendorong harga asset naik lebih tinggi, atau tingkat bunga akan lebih tinggi daripada yang diperlukan yang bisa memperburuk penurunan ekonomi dan menyebabkan resesi. Dan volatilitas di harga-harga asset berarti potensi volatilitas di seluruh performance ekonomi.

Negara-negara Emerging

Saham-saham dan matauang di pasar “emerging” menambah kerugiannya setelah Federal Reserve menaikkan tingkat bunga dan meng-upgrade perkiraannya menjadi empat kenaikan pada tahun 2018 – bergerak lebih jauh dari era uang mudah yang menaikkan asset-asset beresiko pada dekade yang lalu.

Saham-saham di negara-negara berkembang menghentikan rally selama dua harinya, sementara matauang mereka menembus level tehnikal kunci yang menjadi pertanda akan terjadi kerugian lebih banyak. Peso Argentina merosot karena pengumuman dari Menteri Keuangan untuk menjual  sebanyak $7.5 miliar pada pasar forex hanya bertahan sebentar saja. Sementara itu, Otoritas keuangan Brazil mengadakan lelang “swap” yang ketiga untuk menyokong matauangnya. Di Turki, Borsa Istanbul 100 indeks turun 1.9 persen dan Lira turun 1.2 persen. Di India, Rupee turun 0.2 persen.

Asset pasar “emerging” mengalami penurunan nilai karena signal yang diberikan oleh the Fed untuk membuat kecepatan kenaikan tingkat bunga menjadi lebih agresif. Hal ini menambah keprihatinan akan terdepresiasinya matauang negara-negara berkembang lebih jauh. Hal ini juga memperburuk ketegangan pada bank-bank sentral menghadapi pembantaian dari para trader atas negara-negara yang defisit neraca berjalannya melebar, inflasinya meningkat dan resiko politiknya naik.

Win Thin, kepala dari strategi emerging market pada Brown Brothers Harriman di New York mengatakan kepada Bloomberg,”Mata uang emerging market (EM) akan tetap berada dalam tekanan”.

Komal Sri-Kumar, Presiden dan pendiri Global Strategies mengatakan kepada Bloomberg,”Negara-negara yang berpesta ria atas uang murah yang dihasilkan dari “quantitative easing” dan tingkat bunga yang hampir mendekati nol yang diinisiasikan oleh Federal Reserve hampir satu dekade yang lalu sekarang mengalami kesulitan karena tarikan likuiditas secara global.

Sumber: Fxstreet.com, Bloombergquint.com, Peter Churchouse

Ricky Ferlianto/VBN/Head of III, Vibiz Consulting Group

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here