Rekomendasi Emas Mingguan 19 – 23 Februari 2024: Hanya Sedikit Probabilita Turun?

389

(Vibiznews – Commodity) Harga emas pada jam perdagangan sesi AS hari Jumat minggu lalu berhasil memperoleh kembali daya tariknya dan naik ke atas $2,000 ke $2,013. Harga emas melanjutkan kenaikannya disebabkan antara lain karena turunnya yield obligasi treasury AS ke bawah 4.3% setelah sebelumnya sempat naik tinggi sebagai reaksi awal terhadap keluarnya data Producer Price Index (PPI) AS dan Michigan Consumer Sentiment Index.

Meskipun emas mengakhiri minggu ke dua di teritori negatip, emas mengakhiri minggu lalu naik jauh di atas dari kerendahannya setelah berpegang pada support kritikal di $2,000 per ons.

Sebagaimana dengan yang telah diperkirakan, pasar emas mendapatkan arahan dari data inflasi AS yang keluar pada minggu lalu dengan penurunan yang tajam pada hari Selasa setelah keluarnya data inflasi, Consumer Price Index (CPI), bulan Januari yang membawa harga emas turun ke bawah $2,000 di $1,991 per ons.

Setelah itu, harga emas sebagian besar diperdagangkan dalam rentang harga yang sempit sekitar $12 di bawah dan di atas $2,000, sampai data Producer Price Index (PPI) muncul pada hari Jumat pagi yang menyebabkan aksi jual lainnya yang lebih kecil. Selanjutnya diikuti oleh rebound, dengan harga emas naik stabil sampai pada akhir minggu.

Hasil survey emas mingguan dari Kitco News menunjukkan Wall Street dan Main Street berseberangan dalam ekspektasi pergerakan harga emas minggu ini. Sebagian besar investor ritel melihat ada potensi keuntungan emas pada minggu ini sementara sebagian besar analis emas melihat harga emas berpotensi jatuh.

Harga emas telah naik sebelum keluarnya data Producer Price Index (PPI) dan the Michigan Consumer Sentiment Index, di tengah sentimen keengganan terhadap resiko.

Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan pada hari Jumat minggu lalu, Producer Price Index (PPI) bulan Januari naik 0.3% setelah pada bulan Desember naik 0.1%. Angka ini, lebih panas daripada yang diperkirakan oleh para ekonom kenaikan 0.1%. Laporan dari Departemen Tenaga Kerja AS juga mengatakan bahwa inflasi umum setahun naik 0.9%.

Sementara itu, PPI inti yang mengeluarkan angka harga energi dan makanan yang volatile bertambah 0.5%, naik dari angka bulan Desember. Angka ini lebih tinggi secara signifikan dari yang diperkirakan pasar pertambahan sebesar 0.1%.

Pada hari Jumat, Universitas Michigan mengatakan bahwa preliminary consumer sentiment index naik ke 79.6, naik sedikit dari angka bulan Januari di 79.0. Angka ini secara kasar sesuai dengan yang diperkirakan dengan para ekonom memperkirakan angka yang keluar di sekitar 80.00.

Dengan angka consumer sentiment index pada bulan Februari tidak turun menunjukkan bahwa konsumen terus merasa semakin yakin dengan perekonomian AS, yang diteguhkan dengan banyaknya perbaikan dari perekonomian AS pada bulan Desember dan Januari. Konsumen terus menyatakan keyakinan bahwa perlambatan di dalam inflasi dan kuatnya pasar tenaga kerja akan terus berlangsung.

Selain itu, data penjualan ritel AS yang melemah pada hari Kamis minggu lalu membebani dolar AS yang pada gilirannya mendukung naik harga emas.

Penjualan ritel AS keluar lebih lemah daripada yang diperkirakan sehingga membangkitkan harapan bahwa Federal Reserve AS (the Fed) akan segera mulai menurunkan tingkat bunganya pada bulan – bulan yang akan datang.

AS melaporkan bahwa Penjualan Ritel AS pada bulan Januari turun 0.8% MoM dari sebelumnya pada bulan Desember naik 0.4%. Angka penjualan ritel AS bulan Januari juga jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan, penurunan sebesar 0.1%.

Sementara, Initial Jobless Claims untuk minggu yang berakhir pada tanggal 9 Februari, hanya naik 212.000, lebih baik daripada yang diperkirakan kenaikan sebesar 220.000 namun masih merefleksikan pasar tenaga kerja yang ketat.

Hal yang positip ada pada NY Empire State Manufacturing Index bulan Februari yang membaik ke – 2.4 dari bulan sebelumnya Januari yang turun – 43.7.

Sementara Philadelphia Fed Manufacturing Survey pada periode yang sama juga membaik ke 5.2 dari bulan sebelumnya Januari – 10.6.

Berita yang bervariasi ini menekan yields obligasi pemerintah AS turun lebih jauh, dengan benchmark 10 tahun berada di 4.25%, turun hampir 1%. Dolar AS turun karena turunnya yield obligasi pemerintah AS. Indeks dolar AS turun lebih dari 0.30% ke 104.200 sehingga mendorong naik harga emas.

Bureau of Labor Statistics (BLS) AS mengeluarkan laporan inflasi konsumen, Consumer Price Index (CPI) bulan Januari yang muncul di 3.1% YoY lebih tinggi dibandingkan dengan angka yang diperkirakan di 2.9% meskipun turun dibandingkan dengan angka bulan Desember di 3.4%. Angka CPI MoM muncul di 0.3% sementara angka CPI inti MoM muncul di 0.4% juga lebih tinggi daripada yang diperkirakan. 

Angka CPI inti yang tidak memasukkan harga makanan dan energi yang volatile muncul di 3.9% YoY lebih panas daripada yang diperkirakan di 3.7%. Keluarnya angka inflasi yang lebih panas daripada yang diperkirakan membuat indeks saham AS mengalami tekanan bearish yang kuat, yields obligasi treasury AS meningkat dan dolar AS mengalami rally.

Kebanyakan trader memperkirakan inflasi akan turun tajam, dengan angka CPI diperkirakan akan turun ke bawah batas 3%, sementara CPI inti yang tidak memasukkan angka makanan dan energi yang volatile, diperkirakan turun ke 3.7%.

Data inflasi konsumen AS yang lebih kuat daripada yang diperkirakan mengkonfirmasi sikap Federal Reserve AS untuk memperpanjang periode menunggu sebelum berpindah untuk melonggarkan kebijakan moneternya melalui penurunan tingkat bunga.

Minggu ini, pasar AS akan tutup pada hari Senin, memperingati Hari Presiden. Investor akan menaruh perhatian seksama pada risalah pertemuan FOMC the Fed yang akan keluar pada hari Rabu.

Support & Resistance

“Support” terdekat menunggu di $2,000 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,991 dan kemudian $1,984.

“Resistance” terdekat menunggu di $2,030 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $2,044 dan kemudian $2,065. 

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido.