Pasar Lanjut Terkoreksi ke Oversold-nya, akan Berupaya Rebound? — Domestic Market Outlook, 29 April – 3 May 2024

272

(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:

  • Pasar keuangan di minggu lewat ini berakhir kembali terkoreksi, dengan IHSG tertekan ke 5 bulan terendahnya.
  • Sentimen negatif eksternal di antaranya masih dari estimasi the Fed akan hawkish lebih lama.
  • Bank Indonesia menaikkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25%.
  • Neraca Perdagangan RI kembali mencatatkan surplus pada Maret 2024, melanjutkan tren surplus untuk 47 bulan berturut-turut.
  • Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah rilis inflasi IHK pada hari Kamis mendatang.

Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 29 April – 3 May 2024.

===

Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau berakhir lanjut melemah, merosot ke level 5 bulan terendahnya di sekitar area oversold-nya, dipimpin koreksi sektor cyclical dan keuangan, ditekan oleh aksi jual investor asing sekitar Rp2,4 triliun. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya bias menguat. Secara mingguan IHSG ditutup melemah 0,72%, atau 51,242 poin, ke level 7.036,075. Untuk minggu berikutnya (29 April – 3 May 2024), dikurangi libur hari Rabu, IHSG kemungkinan akan berupaya rebound lagi untuk meninggalkan oversold area-nya, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 7.234 dan 7.299. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 7.022, dan bila tembus ke level 6.926.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu kembali melemah namun secara terbatas, dekat dengan level 4 tahun terendahnya, oleh capital outflow sekitar Rp2,1 triliun di pasar SBN, di tengah estimasi penundaan pemangkasan bunga the Fed yang mengangkat dollar, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah terbatas 0,14% atau 23 poin ke level Rp 16.227. Sementara, dollar global tertahan di sekitar 5 bulan tertingginya. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan lebih konsolidatif, atau kemungkinan rupiah fluktuatif dan sempat rebound, dalam range antara resistance di level Rp16.290 dan Rp16.316, sementara support di level Rp16.050 dan Rp15.826.

Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau turun secara mingguannya, terlihat dari pergerakan naik yield obligasi dan berakhir ke 7,207% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah berlanjutnya aksi jual investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury terpantau lanjut menanjak di minggu keempatnya.

===

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 7,00%. 

Kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dari dampak memburuknya risiko global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability

BI menyampaikan bahwa Ekonomi Indonesia tetap berdaya tahan di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Pertumbuhan ekonomi di triwulan I dan II tahun 2024 diperkirakan akan lebih tinggi dari triwulan IV tahun 2023 didukung permintaan domestik yang tetap kuat dari konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan ekonomi 2024 diprakirakan berada dalam kisaran 4,7-5,5%, demikian menurut Bank Indonesia.

BPS merilis data Neraca Perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar USD 4,47 miliar pada Maret 2024. Surplus perdagangan Indonesia periode ini melanjutkan tren surplus secara beruntun untuk 47 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Berdasarkan data transaksi 22 – 25 April 2024, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp2,47 triliun terdiri dari jual neto Rp2,08 triliun di pasar SBN, jual neto Rp2,34 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,95 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

===

Dinamika pasar, atau bagi sebagian orang menyebutnya dengan “gejolak,” pada pasar investasi semakin terlihat fluktuatif, bahkan cenderung volatile. Sangat jelas bahwa koreksi pasar memang ada, bahkan bisa dalam skala besar. Demikian pula, rebound atau reversal adalah bagian dari pergerakan pasar. Dalam situasi seperti ini, timing untuk masuk serta keluar pasar (market entry and exit) merupakan aspek kunci keberhasilan berinvestasi. Terpeleset di sini maka keuntungan menjadi tipis atau kerugian membengkak. Tepat ambil posisi di sini akan memberikan gain yang tidak jarang mencengangkan, bahkan di tengah situasi pasar tidak jelas seperti ini.

Anda, kalau boleh disarankan, perlu teman investasi. Tetaplah bersama kami, karena kami hadir demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting