IHSG Anjlok 1,2%, Sektor Keuangan Pemberat Terbesar

199
IHSG Dibuka Melemah 0,33%, Tujuh Sektor Menyeret IHSG ke Zona Merah
Vibizmedia Picture

(Vibiznews – IDX Stock) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali anjlok lebih dari 1% pada perdagangan sesi I Kamis (30/5/2024). Terjadi di tengah memburuknya sentimen pasar global akibat kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS).

Per pukul 09:30 WIB, IHSG anjlok 1,2% ke posisi 7.054,59. IHSG pun kembali menyentuh level psikologis 7.000 pada sesi I hari ini.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 2,5 triliun. Dengan melibatkan 3,8 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 227.418 kali.

Secara sektoral, sektor keuangan menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 1,32%. Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penekan (laggard) IHSG pada sesi I hari ini.

Berikut daftarnya.

  1. AMMN -24,3 poin
  2. BMRI -13,7 poin
  3. BBCA -10,3 poin
  4. TLKM – 5,9 poin
  5. BBRI – 5,9 poin

Selain itu, saham bank papan atas juga kembali menjadi penekan IHSG. Dengan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi yang paling besar yakni mencapai 13,7 indeks poin.

IHSG kembali anjlok karena terbebani oleh naiknya yield obligasi pemerintah AS (US Treasury). Pada penutupan perdagangan kemarin, yield Treasury acuan tenor 10 tahun naik menjadi 4,616%, menjadi yang tertinggi sejak awal Mei 2024.

Yield Treasury kembali naik setelah lelang obligasi 5 tahun oleh Departemen Keuangan AS senilai US$ 70 miliar menunjukkan permintaan yang rendah. Rasio bid-to-cover, yang merupakan ukuran permintaan yang diawasi dengan ketat, berada pada angka 2,3. Angka ini di bawah rata-rata 10 lelang sebesar 2,45.

Kenaikan yield Treasury juga terjadi karena investor mempertimbangkan keadaan perekonomian Amerika. Setelah beberapa data ekonomi yang dirilis baru-baru ini menunjukkan bahwa perekonomian Amerika semakin kuat.

Dengan data ekonomi AS yang kembali positif, hal ini berpotensi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dapat bersikap hawkish untuk jangka waktu yang lebih lama.

Apalagi, para pejabat The Fed juga belum mengindikasikan adanya keinginan untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Sehingga, perkiraan pasar akan pemangkasan suku bunga akan dilakukan pada September cenderung kembali menurun.

Melansir perhitungan CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan 43,3% penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin (bp) pada September.

Belinda Kosasih/ VBN/ Managing Partner Vibiz Consulting