Rekomendasi GBP/USD Mingguan 20 – 24 Juni 2022: Masih Tertekan Turun?.

469

(Vibiznews – Forex) Satu minggu penurunan kembali yang terjadi pada pasangan matauang GBP/USD pada minggu lalu menunjukkan bahwa hanya ada sedikit kelegaan bagi pergerakan naik GBP. Pemulihan GBP/USD dari kerendahan selama 2 tahun di 1.1933 menjadi runtuh dengan adanya kebijakan moneter Fed – BoE yang saling bertolak belakang dan outlook ekonomi Inggris yang suram. Perhatian pasar pada minggu ini terarah kepada laporan inflasi Inggris yang kritikal dan testimoni kepala the Fed Jerome Powell di depan Senate Banking, Housing, dan Urban Affairs Committee pada hari Rabu dan the House Financial Services Committee pada hari Kamis, untuk mendapatkan denyut trading yang baru bagi para trader Poundsterling.

Memulai minggu perdagangan yang baru pada minggu lalu di 1.2314, GBP/USD pada hari Senin gagal mendapatkan kelegaan dengan anjlok ke 1.2147 karena data ekonomi Inggris mengecewakan dan karena menguatnya USD. Pada hari Selasa melanjutkan penurunannya dan sempat menembus ke bawah 1.2000 sebelum akhirnya naik lagi ke 1.2010. Pada hari Rabu berhasil naik sedikit ke 1.2054 sekalipun muncul kasus Brexit yang baru. Pada hari Kamis berhasil naik tinggi kembali mendekati 1.2350 di sekitar 1.2333 karena nada yang hawkish dari Bank of England dan berbalik melemahnya dollar AS. Pada hari Jumat, turun dan diperdagangkan disekitar 1.2217 menghapus sebagian besar rally yang diinspirasikan oleh Bank of England.

GBP/USD sempat turun lebih dari 150 pips dalam sehari pada hari Senin dan diperdagangkan di sekitar 1.2147, menembus level psikologis yang kritikal di bawah 1.2200. Data makro ekonomi yang mengecewakan yang dirilis oleh Inggris dan menguatnya dollar AS secara luas terus membebani dengan berat pasangan matauang ini.

Office for National Statistics (ONS) Inggris melaporkan pada hari Senin bahwa ekonomi Inggris terkontraksi sebesar 0.3% secara bulanan di bulan April, sementara para analis memperkirakan terjadi ekspansi sebesar 0.2%. Perincian data yang dipublikasikan memperlihatkan ada tiga sektor ekonomi utama yang memberikan kontribusi secara negatip terhadap GDP yaitu jasa, produksi dan konstruksi. Selain itu ONS melaporkan bahwa Manufacturing Production Inggris turun sebesar 1% pada periode yang sama.

Investor kelihatannya melepaskan Poundsterling Inggris setelah keluar data-data ekonomi Inggris di atas, yang kemungkinan akan memaksa Bank of England (BoE) untuk mempertimbangkan ulang outlook tingkat bunga menjelang pengumuman kebijakan moneter BoE pada hari Kamis.

Sebaliknya data inflasi yang panas yang keluar dari AS kelihatannya telah membuat taruhan bahwa the Fed akan bersikap hawkish semakin meningkat. Menurut FedWatch Tool dari CME grup, sekarang ada lebih dari 50% probabilita the Fed akan menaikkan tingkat bunganya sebanyak 125 basis poin dalam dua pertemuan kebijakan moneter the Fed yang akan datang. Kondisi ini membuat dollar AS menguat secara luas.

Sementara itu, lingkungan pasar yang enggan terhadap resiko, sebagaimana yang direfleksikan dengan penurunan indeks FTSE 100 Inggris, menambah dorongan naik dollar AS sehingga membuat pasangan matauang ini sulit untuk masuk ke fase rebound. Selain itu dengan indeks saham berjangka AS turun antara 2% sampai 3.3% pada jam perdagangan sesi Eropa, maka arus safe-haven mendominasi pasar keuangan sehingga mendorong naik dollar AS pada paruh kedua dari perdagangan hari itu.

Pada hari Selasa, GBP/USD kehilangan momentum pemulihannya dan sempat turun menembus 1.2000 di sekitar 1.1990 di tengah sentimen pasar yang memburuk sebelum akhirnya terkoreksi normal kembali naik ke 1.2010. Indeks saham berjangka AS yang semula naik lebih dari 1% pada awal hari, kehilangan sebagian besar dari keuntungan hariannya menjelang pembukaan perdagangan sesi AS.

GBP/USD semula berhasil rebound setelah jatuh ke level paling rendah dalam dua tahun dekat 1.2100 pada hari Senin. Namun pasangan matauang ini kehilangan momentum dekat 1.2200 dan berbalik turun ke bawah 1.2100 mengarah ke 1.2000.

Office for National Statistics Inggris melaporkan bahwa ILO Unemployment Rate naik ke 3.8% dalam 3 bulan sampai April dari sebelumnya 3.7%. Angka ini juga lebih rendah daripada yang diperkirakan pasar di 3.6%. Selain itu, Claimant Count Change muncul di – 19.700 pada bulan Mei, lebih buruk daripada yang diperkirakan para analis di – 49.400. Angka – angka ini membuat Poundsterling Inggris kesulitan mendapatkan permintaan pada awal perdagangan sesi Eropa.

Pada hari Rabu pagi, GBP/USD diperdagangkan turun di bawah 1.2100 di sekitar 1.2054 pada awal perdagangan sesi AS karena muncul ekspektasi the Fed akan menaikkan tingkat suku bunganya sampai 75 bps dan karena munculnya kembali kasus Brexit.

Pada hari Rabu, investor memperkirakan Federal Reserve akan menaikkan tingkat bunga sebanyak 75 bps pada hari Rabu. Beberapa outlet mengatakan bahwa the Fed bisa mengejutkan pasar dengan kenaikan tingkat bunga yang lebih besar daripada yang diperkirakan sebagai respon terhadap data inflasi yang panas.

Sementara itu, setelah pemerintah Inggris pada hari Selasa membukakan rencananya untuk melanggar sebagian dari kesepakatan “Post-Brexit”, Uni Eropa dilaporkan telah mencari cara untuk mengambil “legal-action”. Ketegangan politik antara Uni Eropa dengan Inggris yang kembali ber – eskalasi, membuat Poundsterling Inggris kehilangan banyak peminat sehingga menekan turun pasangan matauang GBP/USD.

Pada hari Rabu malam dalam jam perdagangan sesi AS, membaiknya sentimen pasar karena keputusan European Central Bank, untuk mengadakan pertemuan darurat untuk membahas isu-isu terbaru membuat dollar AS kesulitan untuk mendapatkan permintaan. Lingkungan pasar yang positip direfleksikan oleh kenaikan indeks saham FTSE Inggris yang naik lebih dari 1% pada hari itu dan indeks saham AS yang naik antara 0.6% sampai 0.8%. Hal-hal ini membatasi penurunan dari GBP/USD.

GBP/USD terdorong naik ke ketinggian tiga hari yang baru di atas 1.2300 pada jam perdagangan paruh kedua hari Kamis di sekitar 1.2333. Nada yang hawkish dari Bank of England dan berbalik melemahnya dollar AS setelah keluarnya data ekonomi yang buruk dari AS telah mendorong pasangan matauang ini naik.

Federal Reserve Philladelphia mengatakan bahwa sektor manufaktur regional telah terkontraksi sejak bulan Juni. Pada hari Kamis, bank sentral regional ini mengatakan bahwa outlook bisnis manufakturnya jatuh ke – 3.3 untuk bulan Juni, turun dari angka bulan Mei di 2.6. Data ini juga meleset dari yang diperkirakan konsensus pasar yang mengatakan kenaikan sebesar 5.1.

Data perumahan AS bulan Mei turun lebih daripada yang diperkirakan. Housing Stars turun 14.4%. Pada saat yang bersamaan Building Permits turun 7%.

Pada awalnya, begitu Bank of England (BoE) mengumumkan keputusan kebijakan moneternya, GBP/USD langsung turun ke kerendahan harian yang baru di sekitar 1.2050. Sebagaimana dengan yang telah diperkirakan bank sentral Inggris memutuskan untuk menaikkan tingkat bunga untuk kelima kalinya berturut-turut untuk menahan inflasi yang naik membumbung tinggi. 9 Anggota Monetary Policy Committee (MPC) memberikan suaranya 6 – 3 untuk kenaikkan sebesar 25 bps lagi dari 1.0% menjadi 1.25% dengan minoritas memberikan suaranya kepada kenaikan tingkat bunga sebesar 50 bps.

Dalam catatannya BoE mengatakan bahwa bank sentral Inggris ini siap untuk bertindak dengan paksa untuk memadamkan bahaya yang ditimbulkan oleh kenaikan secara persisten di dalam tekanan inflasi. Hal ini menunjukkan bahwa BoE akan cenderung memakai pendekatan yang lebih bertahap di tengah ketakutan akan terjadinya resesi sehingga membebani Poundsterling Inggris.

GBP/USD memperpanjang penurunan hariannya dan diperdagangkan disekitar 1.2217 pada hari Jumat, menghapus sebagian besar rally yang diinspirasikan oleh Bank of England. Setelah penurunan selama dua hari, dollar AS terus mengumpulkan kekuatannya menjelang akhir minggu, memakas pasangan matauang GBP/USD tetap berada di posisi di bawah.

Setelah mengalami keuntungan sebanyak lebih dari 150 pips pada hari Kamis, GBP/USD mengalami koreksi penurunan pada hari Jumat.

Sementara itu, atmosfir yang positip dari pasar sebagaimana dengan yang direfleksikan oleh kenaikan sebesar 0.6% pada indeks saham FTSE Inggris membantu poundsterling Inggris membatasi kerugiannya.

Perhatian pasar pada minggu ini terarah kepada laporan inflasi Inggris yang kritikal dan testimoni kepala the Fed Jerome Powell.

Pada hari Rabu minggu ini, Inggris akan mempublikasikan data inflasi yang krusial, yang akan bisa menjadi penggerak pasar yang besar bagi Poundsterling. Karena akan mempengaruhi ekspektasi kenaikan tingkat bunga oleh Bank of England (BoE). Tingkat inflasi Inggris telah menyentuh level ketinggian selama 40 tahun di 9% YoY pada bulan April yang lalu.

Sementara itu, dari AS, kepala the Fed, Jerome Powell akan memberikan testimoninya mengenai Semi-Annual Monetary Policy Report di depan the Senate Banking Committee.

Testimoni ke dua dari Powell di depan the House Financial Services Committee pada hari Kamis juga akan diamati dengan ketat oleh para investor.

Selain itu AS dan Inggris juga akan mempublikasikan laporan Preliminary Manufacturing and Services.

Pada hari Jumat, Inggris akan mempublikasikan angka Retail Sales sementara AS akan mempublikasikan revisi data Michigan Consumer Sentiment yang bisa memberikan kesempatan trading yang baru bagi para trader GBP/USD.

Selain itu, persoalan Brexit dan resiko resesi di Inggris sedang mengintai sehingga kemungkinan bisa muncul tiba-tiba dan mendatangkan bencana bagi pergerakan naik GBP.

“Support” terdekat menunggu di 1.2140 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2000 dan kemudian 1.0930. “Resistance” terdekat menunggu di 1.2300 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2350 dan kemudian 1.2400.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido