Rekomendasi GBP/USD Mingguan 27 Juni – 1 Juli 2022: Pemulihan Beresiko Turun?

705

(Vibiznews – Forex) Pemulihan GBP/USD dari kerendahan selama 2 tahun di 1.1933 pada minggu lalu goyah dan ditutup di bawah level 1.2300 di 1.2271 di tengah divergensi kebijakan moneter the Fed dengan BoE dan outlook ekonomi Inggris yang buruk. Perhatian pasar pada minggu ini sekarang beralih kepada laporan inflasi Inggris yang kritikal dan testimoni ketua the Fed Jerome Powell untuk mendapatkan petunjuk trading yang baru bagi para trader Sterling.

Memulai minggu yang baru pada minggu lalu di 1.2217, GBP/USD berhasil mengakhiri minggu lalu dengan naik ke 1.2271 setelah data AS yang keluar mengecewakan dan dollar AS melemah, namun masih di bawah level 1.2300. Sepanjang minggu lalu GBP/USD bergerak sideways dalam rentang harga yang sempit di sekitar 1.2200 dan sekitar 1.2300, digerakkan oleh data ekonomi yang keluar dari Inggris dan naik turunnya dollar AS.

Pada hari Senin, awalnya GBP/USD turun mengetes area 1.2200, namun kemudian sempat naik ke arah 1.2300 dengan membaiknya sentimen terhadap resiko membantu pounsterling bisa tetap Tangguh menghadapi rival-rivalnya meskipun outlook tehnikal jangka pendek belum menunjuk kepada momentum bullish. Dolar AS turun lebih jauh sehingga memberikan dukungan naik terhadap pasangan matauang GBP/USD di tengah membaiknya sentimen terhadap resiko.

Namun dalam jam perdagangan selanjutnya GBP/USD kembali tertekan turun ke sekitar 1.2249 setelah pembuat kebijakan di BoE Catherine Mann mengatakan bahwa Poundsterling bisa terdepresiasi lebih jauh karena perbedaan outlook tingkat bunga the Fed dengan ECB.

GBP/USD berfluktuasi dengan liar pada paruh kedua minggu lalu dengan investor terus menggali keputusan kebijakan dari Federal Reserve AS dan Bank of England. The Fed menaikkan tingkat bunganya sebanyak 75 bps dan BoE hanya menaikkan tingkat bunganya sebanyak 25 bps. Kedua bank sentral ini menyuarakan komitmen mereka untuk tetap pada jalur pengetatan sampai mereka melihat tanda-tanda yang meyakinkan akan berkurangnya inflasi.

Menteri Keuangan Yunior Inggris Simon Clarke mengatakan bahwa mereka tidak memperkirakan ekonomi Inggris akan masuk ke resesi dan mengatakan bahwa outlook jangka panjang masih sangat positip. Ada pergerakan yang positip di dalam sentimen pasar akibat dari komentar Simon Clarke ini yang kelihatannya telah mendukung naik pasangan matauang GBP/USD sebagaimana dengan yang terefleksi di indeks saham FTSE100 Inggris yang mengalami kenaikan sebesar 0.5% pada jam perdagangan sesi Eropa.

Pada hari Selasa, GBP/USD berada di teritori positip namun diperdagangkan di bawah 1.2300 di sekitar 1.2270 setelah sempat naik ke atas 1.2320 pada awalnya. Dolar AS mengalami kesulitan dalam mengumpulkan kekuatannya, di tengah membaiknya sentimen terhadap resiko membantu pasangan matauang GBP/USD memelihara momentum bullish-nya.

Setelah tiga hari liburan panjang, investor Amerika kembali ke perdagangan. Indeks saham berjangka AS membukukan keuntungan yang mengesankan pada hari Selasa pagi.

Pasar saham global bervariasi dalam perdagangan semalam. Indeks saham AS mengarah naik pada saat perdagangan sesi New York dimulai. Minat terhadap resiko dari para trader dan investor membaik meskipun indeks saham AS masih tetap berada pada tren turun tidak jauh di atas level terendah baru-baru ini. Sementara bayangan resesi ekonomi AS dan inflasi tetap ada pada pikiran para trader dan investor.

GBP/USD mendapatkan tekanan bearish yang baru pada hari Rabu pagi dan turun ke bawah 1.2200. Lingkungan pasar yang enggan terhadap resiko dan data inflasi yang lemah dari Inggris membebani pasangan matauang GBP/USD pada pertengahan minggu dan outlook tehnikal menunjukkan ada tambahan kerugian dalam jangka pendek.

Office for National Statistics (ONS) menunjukkan bahwa inflasi Inggris sebagaimana yang diukur oleh Consumer Price Index (CPI) naik ke 9.1% pada bulan Mei sebagaimana dengan yang diperkirakan. Namun, CPI inti yang mengeluarkan harga energi dan makanan yang volatile turun ke 5.9% per tahun dari sebelumnya di bulan April 6,2%.

Setelah data inflasi ini keluar, probabilita Bank of England (BoE) akan menaikkan tingkat bunga lagi pada bulan Agustus turun menjadi 60% dari sebelumnya 74% yang menunjukkan para investor menghitung ulang outlook tingkat bunga BoE.

Sementara itu, sentimen pasar yang buruk menambah tekanan turun terhadap GBP/USD. Indeks saham FTSE 100 Inggris turun lebih dari 1% dan indeks saham berjangka AS turun antara 1.5% dan 2%.

Namun pada hari Rabu malam, GBP/USD mengalami rebound dengan berbalik melemahnya dollar AS.  GBP/USD naik ke atas 1.2250 diperdagangkan di sekitar 1.2260 setelah sebelumnya sempat menderita kerugian besar sebagai reaksi awal dari keluarnya data inflasi Inggris.

Pada hari Kamis, awalnya GBP/USD kembali turun tajam pada awal perdagangan sesi Eropa. Namun keluarnya data PMI Inggris yang bagus berhasil membalikkan arah GBP/USD.

GBP/USD berhasil pulih dari kerendahan harian di 1.2170 dan stabil di atas 1.2200 di sekitar 1.2253 setelah keluarnya data PMI Inggris.

Data PMI Inggris yang dipublikasikan oleh S&P Global pada hari Kamis menunjukkan bahwa aktifitas bisnis Inggris di sektor manufaktur dan jasa pada awal Juni terus berkembang dengan kecepatan yang relatif sehat. Meskipun Poundsterling Inggris berhasil menghapus sebagian dari kerugian hariannya setelah keluarnya data PMI, GBP/USD mengalami kesulitan untuk melanjutkan momentum bullish-nya.

Chris Williamson, Chief Business Economist di S&P Global Market Intelligence, mengatakan bahwa ekonomi Inggris sepertinya mulai berkurang kekuatan larinya. Pertumbuhan bisnis saat ini didukung lebih banyak oleh order yang dibuat pada bulan-bulan sebelumnya, sementara laporan perusahaan saat ini mendekati mandek di dalam permintaannya.

Sementara itu, komentar dari ketua Federal Reserve Powell di depan panel Senat AS hari Rabu tidak menurunkan kekuatiran bahwa ekonomi AS akan masuk ke dalam resesi pada bulan – bulan yang akan datang. Powell mengatakan adalah tantangan bagi the Fed untuk mengusahakan pendaratan yang halus bagi ekonomi AS di tengah kebijakan moneter yang ketat dari bank sentral AS ini.

Pada hari Jumat, GBP/USD pada awalnya sempat naik ke atas 1.2300, meskipun kemudian berbalik arah turun ke sekitar 1.2250. Namun pada jam perdagangan sesi AS, GBP/USD kembali memperoleh daya tariknya dan naik ke arah 1.2300 di sekitar 1.2271 setelah data AS yang keluar mengecewakan dan dollar AS melemah.

UoM merevisi ekspektasi inflasi 5 tahunnya turun pada versi final dari survey Consumer Sentiment yang memicu aksi jual dollar AS menjelang akhir minggu.

Office for National Statistics Inggris melaporkan bahwa Retail Sales Inggris turun 0.5% per bulan pada bulan Mei. Angka ini sedikit lebih baik dari yang diperkirakan pasar penurunan sebesar 0.7% namun gagal membantu poundsterling Inggris menemukan permintaannya.

Pada minggu ini, pada hari Rabu, Inggris akan mempublikasikan data inflasi yang krusial, yang akan bisa menjadi penggerak pasar yang besar bagi Poundsterling karena akan mempengaruhi ekspektasi kenaikan tingkat bunga dari BoE. Inflasi Inggris pada bulan April menyentuh ketinggian selama 40 tahun di 9% YoY.

Sementara dari Amerika Serikat ketua the Fed Jerome Powell akan memberikan testimoninya di depan Senate Banking Committee mengenai Semi-Annual Monetary Policy Report yang akan diperhatikan oleh para trader untuk mendapatkan petunjuk yang baru untuk arah pergerakan harga.

Pada hari Kamis, Inggris dan AS akan mempublikasikan laporan PMI Manufaktur dan Jasa.

Pada hari Jumat, Inggris akan mempublikasikan Retail Sales dan dari Amerika Serikat akan keluar revisi data Michigan Consumer Sentiment.

Selain itu, pemerintah Inggris juga akan membukakan undang-undang untuk melanggar sebagian dari kesepakatan Brexit. Ancaman Brexit dan resiko resesi di Inggris kemungkinan akan menjadi malapetaka bagi GBP pada minggu ini.

“Support” terdekat menunggu di 1.2200 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2140 dan kemudian 1.2100. “Resistance” terdekat menunggu di 1.2300 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2370 dan kemudian 1.2450.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido