(Vibiznews – Forex) Minggu lalu, GBP/USD runtuh seperti rumah-rumahan dari kartu ke level terendah sejak bulan Maret 2020, di bawah 1.1500 di tengah minggu yang penuh dengan volatilitas yang menggerakkan indeks dollar AS naik ke puncak tertinggi selama 20 tahun, dengan para investor berlomba mencari keamanan investasi. Secara tehnikal, GBP/USD sudah memasuki kondisi oversold yang dalam yang seharusnya bisa menarik minat para pembeli yang melakukan perdagangan dengan berdasarkan analisa tehnikal grafik jangka pendek. Minggu ini, menarik untuk diperhatikan dengan Inggris akan mengumumkan Perdana Menteri yang baru yang harus menghadapi datangnya resesi yang tidak dapat dihindarkan di Inggris.
Apa yang Terjadi pada Minggu Lalu?
Memulai minggu perdagangan yang baru pada minggu lalu di 1.1735, GBP/USD mengakhiri minggu lalu dengan turun ke 1.1508. GBP/USD sudah langsung turun pada hari Senin ke kerendahan selama 2 tahun di 1.1647 karena dollar AS melanjutkan kekuatannya. Namun mengakhiri perdagangan hari Senin, akhirnya berhasil naik kembali ke 1.1710. Pada hari Selasa dan Rabu GBP/USD kembali tertekan turun sampai ke 1.1622 karena pasar enggan terhadap resiko. Pada hari Kamis, GBP/USD jatuh ke level terendah dalam lebih dari dua tahun di 1.1500, karena menguatnya dollar AS secara luas dan lingkungan pasar yang enggan terhadap resiko. Namun mengakhiri perdagangan hari Kamis, akhirnya berhasil naik ke sekitar 1.1545. Dan pada hari Jumat kembali turun diperdagangkan di sekitar 1.1508.
Pergerakan Harian Minggu Lalu
Pada hari Senin, pada jam perdagangan sesi AS, GBP/USD berhasil menghilangkan sebagian dari tekanan bearish yang menekan pada jam perdagangan sesi Eropa hari Senin dimana dollar AS mempertahankan kekuatannya karena naikknya yields obligasi treasury AS dan keengganan terhadap resiko. Pasangan matauang ini berhasil mengambil kembali kehilangan sekitar 60 poin setelah sempat turun menyentuh kerendahan selama 2 tahun yang baru di 1.1647 dan diperdagangkan di sekitar 1.1710.
GBP/USD sempat mengalami penurunan selama jam perdagangan sesi Asia dan menyentuh level terlemah sejak Maret 2020 di sekitar 1.1650 sebelum akhirnya berhasil menghapus sebagian dari kerugian hariannya.
Di dalam pernyataan pembukaannya yang disampaikan pada symposium tahunan Jackson Hole pada hari Jumat, ketua FOMC Jerome Powell mengingatkan pasar bahwa mereka tidak akan buru-buru untuk melonggarkan kebijakan apabila mereka berhasil menggerakkannya ke teritori yang restriktif.
Menurut Powell, memulihkan stabilitas harga memerlukan waktu dan juga perlu menggunakan peralatan yang dipunyai oleh bank sentral AS dengan paksa. Powell mengulangi bahwa mereka akan terus memonitor data makro ekonomi yang keluar sebelum memutuskan untuk mengambil langkah kebijakan yang berikutnya.
Pada hari Selasa, setelah menyentuh level terendah selama dua tahun, sejak Maret 2020 di 1.1647, GBP/USD pada awalnya sempat diperdagangkan naik ke atas 1.1750 karena melemahnya dollar AS. Penurunan yang terbaru pada yields treasury AS dan sentimen yang bagus terhadap resiko membebani dollar AS yang safe – haven.
Namun dalam jam perdagangan selanjutnya pada sesi AS, GBP/USD kehilangan momentum bullish-nya dan turun kembali ke 1.1653, dengan lingkungan pasar berbalik menjadi enggan terhadap resiko dan munculnya data ekonomi dari AS yang lebih baik dari yang diperkirakan membuat dollar AS berkurang pelemahnya.
Dengan indeks saham FTSE 100 Inggris kehilangan keuntungan pada saat pembukaan perdagangan dimulai, Poundsterling Inggris berjuang untuk mendapatkan permintaannya.
Menurut konsensus pasar, diperkirakan ekonomi AS akan menghasilkan 290.000 pekerjaan baru pada bulan Agustus dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebanyak 528.000 pekerjaan. Selama ini data employment AS belum pernah mengecewakan para pembuat kebijakan the Fed.
Sekarang ini NFP juga bisa terus memberikan siklus yang bagus. Selain itu, investor kemungkinan tidak akan memandang penurunan penciptaan lapangan kerja saat ini sebagai isu utama. Ekonomi AS telah beroperasi pada level full-employment selama sekitar enam bulan karena itu penciptaan lapangan pekerjaan yang lebih banyak sudah terpangkas secara signifikan.
Di Inggris, membumbung tingginya harga energi dan listrik membuat pusing para pembuat kebijakan di Bank of England (BoE). Ekonomi Inggris sedang diterjang banyak angin badai saat ini, seperti ke-tidakstabilan politik setelah pengunduran diri PM Boris Johnson, krisis supply energi, dan proyeksi naik lebih tingginya tingkat inflasi.
Pada hari Rabu, GBP/USD kehilangan daya tariknya setelah gagal menembus resistance di level 1.1750 pada hari Selasa dan mengakhiri hari itu di teritori negatip untuk ketiga kalinya berturut-turut. Meskipun berhasil menghapus sebagian dari kerugian hariannya, pasangan matauang ini tetap diperdagangkan di teritori negatip di bawah 1.1650 di sekitar 1.1622.
Dolar AS mendapatkan tekanan jual yang baru, meskipun demikian, GBP/USD tidak bisa mengambil keuntungan dari dalamnya karena lingkungan pasar yang enggan terhadap resiko.
Pada hari Rabu, pasar masih tetap berada pada sentimen yang enggan terhadap resiko dengan indeks saham FTSE 100 Inggris mengalami kerugian sebesar 0.4% pada awal perdagangan sesi Eropa. Sementara itu indek saham berjangka AS yang telah naik lebih dari 0.5% pada pagi harinya, mulai kehilangan keuntungan awalnya, yang memberikan konfirmasi terjadinya pergerakan negatip di dalam sentimen terhadap resiko.
Laporan pekerjaan swasta nasional AS dari ADP untuk bulan Agustus menunjukkan kenaikan sedikit sebesar 132.000 pekerjaan yang jauh di bawah dari yang diperkirakan pasar sebesar 300.000. Sementara menurut konsensus pasar, laporan Non-Farm Payrolls AS yang akan keluar pada hari Jumat, diperkirakan akan mengeluarkan angka 325.000 pekerjaan baru pada bulan Agustus dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebanyak 528.000 pekerjaan.
Pada hari Kamis, GBP/USD jatuh ke level terendah dalam lebih dari dua tahun di 1.1500 sebelum akhirnya berhasil naik ke sekitar 1.1545, karena menguatnya dollar AS secara luas dan lingkungan pasar yang enggan terhadap resiko.
GBP/USD gagal keluar dari tekanan bearish setelah sebelumnya sempat rebound dari kerendahan beberapa tahun yang lalu dimana menyentuh 1.1569 pada awalnya. Lingkungan pasar yang enggan terhadap resiko.
Indeks FTSE 100 Inggris turun 1.6% pada jam perdagangan sesi Eropa hari Kamis dan indeks saham AS mengalami kerugian antara 0.6% – 1.2% yang meneguhkan pandangan bahwa investor terus mencari perlindungan.
S&P Global mengeluarkan data PMI Manufaktur Inggris untuk bulan Agustus yang direvisi naik ke 47.3 dari perkiraan awal sebesar 46. Panel pembuat keputusan yang terbaru menunjukkan bahwa ketidakpastian bisnis secara keseluruhan pada bulan Agustus khususnya sehubungan dengan perang Rusia – Ukraina, meningkat.
PMI Manufaktur Caixin Cina turun menjadi 49.5 dibandingkan dengan angka sebelumnya di 50.4 dan dibandingkan dengan perkiraan konsensus pasar di 50.2.
Pada hari Jumat, GBP/USD kehilangan momentum pemulihannya dan turun di bawah 1.1550 di sekitar 1.1508 selama jam perdagangan akhir sesi AS. Pergerakan yang negatip dalam sentimen resiko menjelang akhir minggu ini membuat dollar AS yang semula melemah menjadi berkurang pelemahannya sehingga membuat pasangan matauang ini berada di teritori negatip.
Sebelumnya pada awal jam perdagangan sesi AS, GBP/USD berhasil bangkit dari level terlemah selama dua tahun di 1.1500 pada hari Kamis. Pasangan matauang ini sempat berhasil bertahan di jalurnya untuk mengakhiri minggu ini di teritori positip di sekitar 1.1592.
Pada hari Jumat, Bureau of Labor Statistics AS melaporkan Amerika Serikat menciptakan pekerjaan baru sebanyak 315.000 pada bulan Agustus. Angka ini lebih tinggi daripada yang diperkirakan pasar sebanyak 295.000. Meskipun demikian, tingkat pengangguran melompat lebih tinggi daripada yang diperkirakan ke 3.7%. Diperkirakan tingkat pengangguran berada di 3.5%.
Sementara itu grafik upah mendatar. Mendatarnya grafik upah yang menjadi pertanda bahwa tekanan inflasi terus melemah. Melemahnya inflasi bisa membuat Federal Reserve AS memperlambat kecepatan pengetatan moneter sehingga mengurangi tekanan untuk menaikkan tingkat bunga dengan agresif. Ekspektasi yang baru ini membuat tekanan terhadap index dollar AS yang mengalami penurunan pada akhir hari perdagangan minggu ini sehingga membuat GBP/USD sempat tertopang di teritori positip, sebelum terjadi pergerakan ke sentimen yang negatip terhadap resiko.
Data Makro Ekonomi Minggu Ini
Dari Amerika Serikat, pada hari Selasa, akan keluar data makro ekonomi:
PMI Jasa AS bulan Agustus yang diperkirakan akan sama dengan angka sebelumnya di 44.1.
dan ISM Non-Manufacturing Purchasing Managers’ Index (PMI) AS bulan Agustus yang diperkirakan akan turun ke 56.0 dari sebelumnya 56.7.
Selain itu ketua Federal Reserve AS Jerome Powell akan kembali berbicara pada hari Kamis.
Dari Inggris, pada hari Senin, akan keluar data makro ekonomi:
Services Purchasing Managers’ Index (PMI) Inggris bulan Agustus yang diperkirakan akan sama dengan sebelumnya di 52.5. Dan pada hari Selasa, akan keluar data makro ekonomi:
British Retail Consortium (BRC) Retail Sales bulan Agustus Y/Y Yang diperkirakan akan turun ke – 8.2% dari sebelumnya 1.6%. Dan Construction Purchasing Manager’s Index (PMI) Inggris bulan Agustus yang diperkirakan akan naik ke 50.7 dari sebelumnya 48.9.
Support & Resistance
“Support” terdekat menunggu di 1.1499 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.1450 dan kemudian 1.1400. “Resistance” terdekat menunggu di 1.1556 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.1600 dan kemudian 1.1650.
Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting
Editor: Asido