Rekomendasi GBP/USD Mingguan 5 – 9 Desember 2022: Berpeluang Naik Lebih Tinggi?

631

(Vibiznews – Forex) GBP/USD naik dan berhasil mengambil posisi sebentar di 1.2300, menyentuh level tertinggi sejak bulan Juni 2022. Dibukanya kembali aktifitas di Cina menimbulkan optimisme dan pesan Powell yang dovish membebani USD. GBP/USD memiliki ruang untuk naik lebih tinggi setelah berhasil mengambil kembali posisi di dekat 1.2300. Apakah bisa dimasuki pada minggu ini?

Apa yang Terjadi Pada Minggu Lalu?

Memulai minggu perdagangan yang baru pada minggu lalu di 1.2086, GBP/USD mengakhiri minggu lalu dengan kenaikan ke 1.2290. GBP/USD sempat tertekan turun ke arah 1.2000 pada hari Senin karena menguatnya USD dan bertahan di sekitar 1.2000 pada hari Selasa. Namun tidak dapat bertahan lagi pada hari Rabu, turun ke 1.1940 karena munculnya GDP Q3 AS yang bagus. Pada hari Kamis, GBP/USD berhasil berbalik arah dan naik ke 1.2257 karena USD berbalik melemah dan meneruskan kenaikannya pada hari Jumat ke 1.2290 walaupun sempat turun sebentar hampir 100 pips sebagai reaksi awal dari keluarnya data NFP AS yang kuat.

Pergerakan Harian GBP/USD Minggu Lalu

GBP/USD mengalami tekanan bearish yang kuat dan turun kea rah 1.2000 diperdagangkan di sekitar 1.2020 pada jam perdagangan sesi AS hari Senin. Di tengah absennya rilis data dengan dampak tinggi, berbalik menguatnya dollar AS dan pergerakan yang negatip di dalam sentimen terhadap resiko telah memaksa pasangan matauang ini berada di bawah.

Pada awal perdagangan sesi Eropa, GBP/USD berhasil memperoleh daya tariknya dan naik ke arah 1.2100 dengan dollar AS masih mengalami kesulitan untuk menarik investor. Namun dalam jam perdagangan sesi AS, keadaan sudah berbalik. Dolar AS berhasil menarik para investor karena kuatnya gelombang keengganan terhadap resiko.

Berita – berita mengenai coronavirus dari Cina telah memaksa investor untuk mengambil sikap berhati-hati pada permulaan minggu yang baru dan menyebabkan GBP/USD tertekan turun. National Health Commission dari Cina melaporkan lebih dari 40.000 kasus baru terjadi pada hari Minggu yang lalu, membangkitkan keprihatinan atas kebijakan “zero-Covid” Cina yang membebani aktifitas ekonomi global.

Pasar di domain Asia menghadapi tekanan yang luarbiasa besar di tengah keresahan yang terjadi di Cina atas restriksi yang diberlakukan. Para individu datang ke jalan – jalan memprotes langkah-langkah restriktif atas Covid – 19.

Bangkitnya Covid – 19 di Cina telah berlangsung selama beberapa bulan dan sekarang para rumah tangga frustasi dan marah karena terus menerus berada di rumah tanpa penghasilan yang tetap untuk mengongkosi kebutuhan paling dasar. Para pemprotes membawa slogan “Demokrasi Bukan Diktator” yang bisa memicu resiko perang sipil.

Hal ini telah memicu tema enggan terhadap resiko di pasar global dan region Asia – Pacific menghadapi suasana yang sangat panas. Sementara itu bank-bank pemerintah Cina membeli saham-saham habis-habisan untuk menggerakkan pasar yang sudah babak belur.

GBP/USD terus di perdagangkan di sekitar 1.2000 meskipun sempat turun ke arah 1.1950 pada awal hari perdagangan hari Selasa. GBP/USD berhasil naik dari penurunan ke arah 1.1950 dan diperdagangkan di sekitar $1.1990 setelah Gubernur Bank of England (BoE) Bailey membuat testimoninya mengenai kebijakan moneter dan inflasi. Pasangan matauang ini bertahan dengan dollar AS berjuang untuk bisa mengumpulkan kekuatannya lagi.

Bailey mengatakan bahwa Bank of England kemungkinan akan menaikkan tingkat suku bunga lebih lanjut. Bailey berpegang teguh kepada narasi untuk terus menaikkan tingkat sulu bunga BoE sampai mencapai 5.2% yang dihargai oleh Treasury Select Committee.

Optimisme yang baru mengengai Cina bergerak keluar dari kebijakan “zero-Covid”nya kelihatannya membantu membaiknya sentimen pasar pada hari Selasa. Komentator Global Times Hu Xijin mengatakan lewat Twitter, bahwa Cina bisa keluar dari bayangan Covid lebih cepat daripada yang diperkirakan. Sementara National Health Commission Cina mengumumkan bahwa mereka akan menguatkan vaksinisasi bagi para lanjut usia.

Atmosfir yang positip terhadap resiko terefleksi pada naiknya indeks saham FTSE 100 Inggris hampir 1% pada hari itu dan indeks saham berjangka AS naik antara 0.3% dan 0.6%.

Persepsi pasar yang positip terhadap resiko ini berdampak signifikan bagi turunnya dollar AS.

Hari Rabu, GBP/USD berbalik arah dan turun ke arah 1.1900 di sekitar 1.1940 pada jam perdagangan sesi AS, setelah sebelumnya sempat naik ke atas 1.2000 pada awal hari jam perdagangan sesi Eropa.

Berbalik arahnya GBP/USD disebabkan karena munculnya laporan GDP Q3 AS perkiraan yang kedua yang menunjukkan bahwa GDP AS naik 2.9%, lebih tinggi dibandingkan dengan yang diperkirakan pasar kenaikan sebesar 2.7%. Angka GDP Q3 AS ini datang setelah dua kali angka GDP yang negatip yakni – 1.6% di Q1 dan – 0.6% di Q2.

Perkiraan kedua GDP Q3 AS ini terutama merefleksikan revisi naik terhadap belanja konsumen dan investasi tetap nonresidensial yang sebagian dikurangi oleh revisi turun dari investasi inventori swasta.

Munculnya laporan GDP AS Q3 ini membuat dollar AS berbalik naik dari penurunannya. Dolar AS menguat 0.12% ke 106.890 yang mengakibatkan turunnya GBP/USD.

Sebelumnya, prosesor payrolls swasta ADP mengatakan bahwa 127.000 pekerjaan diciptakan pada bulan November. Angka ini meleset secara signifikan dari perkiraan para ekonom yang memperkirakan 196.000 pekerjaan diciptakan.

Kepala ekonom Bank of England (BoE) Huw Pill pada hari Rabu mengatakan bahwa inflasi diperkirakan akan turun tajam pada paruh ke dua 2023. Pill lebih lanjut mengatakan bahwa mereka akan berurusan lebih banyak dengan tingkat bunga pada pertemuan kebijakan yang akan datang.

Hari Kamis, GBP/USD memperpanjang rally-nya dan naik ke level tertinggi sejak akhir Juni di atas 1.2300 sebelum akhirnya turun lagi ke area 1.2250 diperdagangkan di sekitar 1.2257. Angka data inflasi PCE yang lebih rendah daripada yang diperkirakan dan mengecewakannya angka PMI manufaktur dari ISM membebani dollar AS dengan berat, mendorong naik pasangan matauang GBP/USD pada jam perdagangan sesi AS.

GBP/USD berhasil memelihara momentum bullish-nya pada awal hari Kamis setelah membukukan keuntungan harian yang kuat pada hari Rabu. Pasangan matauang ini diperdagangkan di teritori yang positip di atas 1.2100 dan tetap berada pada jalur untuk mengetes area resistance kunci di dekat 1.2150.

Tekanan jual yang luas atas dollar AS membantu mendorong rally GBP/USD pada pertengahan minggu. Setelah ketua FOMC the Fed Jerome Powell menegaskan bahwa kenaikan tingkat bunga yang lebih kecil bisa terjadi pada bulan Desember.

Secara basis bulanan, the core Personal Consumption Expenditures Price Index (PCEPI) AS hanya bertambah 0.2% pada bulan lalu, kata Departemen Perdagangan AS pada hari Kamis. Data inflasi dari PCEPI ini lebih rendah daripada yang diperkirakan kenaikan sebesar 0.3%.

Secara basis tahunan, inflasi AS naik 5.0%, turun dari angka bulan September di 5.2%. Inflasi kembali kepada level yang terlihat pada bulan Juni.

Hari Jumat GBP/USD kehilangan hampir 100 pips sebagai reaksi awal dari keluarnya laporan pekerjaan AS bulan November yang bagus dan diperdagangkan di bawah 1.2200. Sementara indeks dollar AS naik kuat ke atas 105.00 sebagai reaksi awal setelah keluarnya laporan Nonfarm Payrolls yang naik sebanyak 263.000.

Setelah turun ke kerendahan 3 ½ bulan dekat support psikologis di 104.00, indeks dollar AS naik solid kembali ke atas 105.00 sebagai reaksi awal keluarnya data pekerjaan AS yang kuat. Namun selanjutnya indeks dollar AS kembali tertekan dan turun ke sekitar 104.60, sehingga membuat pasangan matauang GBP/USD berbalik menguat, kembali naik ke atas 1.2200, di sekitar 1.2290.

Laporan situasi employment bulan November yang menunjukkan angka Non-Farm Payrolls naik 263.000, yang adalah di atas dari yang diperkirakan kenaikan sebesar 200.000 dan sedikit di bawah laporan bulan Oktober yang direvisi dengan kenaikan sebesar 284.000.

Lebih penting lagi, penghasilan rata – rata per jam menunjukkan kenaikan sebesar 0.55% dari bulan Oktober dan naik 5.09% YoY. Angka ini dianggap panas oleh pasar.

Secara keseluruhan, laporan employment AS ini dipandang sebagai terlalu kuat bagi keinginan the Fed. The Fed kemungkinan akan enggan untuk mundur terlalu banyak dalam ke agresifan pengetatan kebijakan moneternya.

Apa yang Akan Terjadi dengan Inggris dan AS Minggu Ini?

Dari Inggris, pada hari Senin S&P Global akan mempublikasikan Purchasing Manager’s Index (PMI) Komposit dan Jasa bulan November. Untuk PMI Jasa diperkirakan akan sama dengan sebelumnya di 48.8

Pada hari Selasa S&P Global akan mempublikasikan Purchasing Manager’s Index (PMI) Konstruksi bulan November yang diperkirakan turun dari 53.2 menjadi 52.7.  Selain itu dipublikasikan BRC Retail Sales yang diperkirakan turun dari 1.2% menjadi – 4.3%.

Sementara itu, Amerika Serikat akan mempublikasikan tiga angka makro ekonomi resmi yaitu: PMI Jasa dari ISM bulan November yang diperkirakan akan muncul di 55.6, naik dari angka bulan Oktober di 54.4, Producer Price Index bulan November M/M yang diperkirakan akan tetap sama di 0.2% dan Perkiraan pendahuluan dari Michigan Consumer Sentiment Index bulan Desember.

Support & Resistance

“Support” terdekat menunggu di 1.2258 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2185  dan kemudian 1.2150. “Resistance” terdekat menunggu di 1.2292 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2350 dan kemudian 1.2400.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido