Rekomendasi EUR/USD Awal 2023: Tantangan Dalam Usaha Naik Menembus 1.0705

727

(Vibiznews – Forex) EUR/USD telah diperdagangkan dalam rentang yang sangat sempit selama dua minggu belakangan ini, sehingga dekat dengan terjadinya “breakout”. Pertanyaannya adalah apakah euro akhirnya berhasil menaklukkan rintangan resistance kunci di $1.07 setelah begitu lama berada di bawahnya. Ataukah dollar AS kembali berjaya sehingga menekan pasangan matauang EUR/USD ke 1.05?

Mengakhiri tahun 2022, EUR/USD menunjukkan ketangguhannya dengan berhasil bangkit dari kerendahan di dasar 0.9535 ke 1.0705. Koreksi kenaikan EUR/USD jangka panjang kemungkinan akan terus berlanjut sampai ke awal 2023 di kuartal pertama.

Apa yang Terjadi pada Minggu Lalu?

Memulai minggu perdagangan yang baru pada minggu lalu di 1.0616, EUR/USD mengakhiri minggu lalu, minggu terakhir pada tahun 2022, dengan kenaikan ke 1.0705. Kenaikan EUR/USD sudah dimulai sejak hari Senin dan Selasa ke 1.0670 di tengah sentimen pasar yang berhati – hati. Pada hari Rabu turun ke 1.0622 karena naiknya yields AS. Pada hari Kamis berhasil naik ke 1.0660 dan dilanjutkan ke hari Jumat sampai ke 1.0705.

Pergerakan EUR/USD Harian Minggu Lalu

Hari Senin, EUR/USD sedang bergerak sideways di dalam rentang harga yag sempit di sekitar 1.0670 pada jam perdagangan sesi AS, dolar AS kelihatan stabil di tengah sentimen pasar  yang berhati – hati dan turunnya yields treasury AS.

Pada jam perdagangan awal sesi Eropa EUR/USD diperdagangkan hanya sedikit berubah di area 1.0640, dengan dollar AS mengambil keuntungan di tengah melemahnya optimisme. Perhatian pasar ada pada buruknya performa saham – saham Asia dan naiknya yields obligasi pemerintah AS.

Optimisme akan dibukanya kembali aktifitas bisnis Cina mendorong naik harga saham pada hari Selasa, namun sementara investor menggali berita ini, fokus berpindah kepada dampaknya terhadap inflasi global.

Pada hari Selasa, kenaikan yields obligasi AS yang tajam membantu dollar AS kuat menghadapi rival-rivalnya sehingga menekan EUR/USD turun. Namun pada hari Rabu pagi pasangan matauang ini berhasil naik dengan indeks saham berjangka AS diperdagangkan naik sehingga menekan dollar AS turun dan pada gilirannya membuat EUR/USD naik.

Hari ini tidak ada data makro ekonomi dari Eropa sementara dari AS akan dikeluarkan data Pending Home Sales bulan November.

Hari Rabu, EUR/USD melemah setelah berhasil bangkit dari  1.0606 dengan pergerakan bearish tetap berkuasa setelah mengambil alih kontrol pada hari kemarin, menyusul kenaikan selama dua hari. Pasangan matauang EUR/USD saat ini diperdagangkan di sekitar 1.0622.

Kerugian pada matauang mayor disebabkan karena naiknya yields obligasi treasury AS yang memicu kembalinya dollar AS.

Indeks dollar AS naik untuk hari yang kedua ke 104.10. Kenaikan dollar AS yang disebabkan oleh karena menguatnya kupon obligasi AS dan munculnya sentimen keengganan terhadap resiko ini mengabaikan data Pending Home Sales AS bulan November yang keluar di – 37.8% dibandingkan dengan yang diperkirakan di – 36.7% dan dibandingkan dengan angka sebelumnya di – 37.0%.

Yields treasury AS 10 tahun naik ke levelt tertinggi sejak 14 November ke 3.88% pada akhir hari Rabu.

Meningkatnya ketegangan geopolitik antara Militer Ukraina dengan tentara Rusia juga mendorong permintaan akan dollar AS yang safe-haven.

Ditambah lagi dengan Wall Streeet ditutup di teritori merah dan komoditi membalikkan keuntungan yang diperoleh sebelumnya.

Hari Kamis, EUR/USD berhasil mempertahankan keuntungannya dengan membaiknya sentimen pasar menjelang hari terakhir perdagangan pada tahun 2022. Pasangan matauang ini naik dan diperdagangkan di sekitar 1.0660 setelah keluar data makro ekonomi AS, Initial Jobless Claims mingguan AS.

Data dari AS menunjukkan ada sedikit kenaikan di dalam klaim pengangguran mingguan AS. Data ini mendorong naik EUR/USD. Sementara itu, pelonggaran restriksi atas Covid – 19 di Cina membuat orang cemas.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan data ekonomi Initial Jobless Claims untuk minggu yang berakhir pada tanggal 24 Desember yang naik ke 225.000. Angka ini 9000 di atas dari rekor minggu lalu, sekalipun masih sesuai dengan yang diperkirakan. Sementara itu, klaim yang berkelanjutan naik menjadi 1.7 juta, angka yang paling tinggi sejak bulan Februari. Kenaikan klaim pengangguran AS ini membebani dollar AS.

Pemerintah Cina melonggarkan kebijakan “zero tolerance” mereka dan lompatan kasus Covid – 19 di Cina membanjiri sistem Kesehatan di negara ini. Selain itu penerbangan dari Cina yang mendarat di Itali memicu reaksi dari negara – negara Barat, dengan sebagian negara sudah mengenakan tes Covid – 19 bagi mereka yang terbang ke Cina.

Hari Jumat, EUR/USD berhasil naik menembus 1.0700 diperdagangkan di 1.0705 menjelang memasuki jam perdagangan sesi AS hari Jumat, hari perdagangan terakhir pada tahun 2022, namun kenaikan selanjutnya tertahan dengan berhentinya penurunan indeks dollar AS pada jam perdagangan sesi AS.

Dollar AS sempat tertekan turun terhadap rival – rival utamanya di G7 setelah rilis klaim pengangguran mingguan AS yang mengecewakan. Indeks dollar AS turun 0.33%, ke 103.634. Penurunan indeks dollar AS memberikan kekuatan bagi EUR/USD untuk naik menembus 1.0700.

Namun dalam jam perdagangan selanjutnya kenaikan EUR/USD dibatasi oleh berhentinya kelemahan dollar AS. Indeks dollar AS mulai berbalik naik dan diperdagangkan di 103.655 dengan keluarnya data ekonomi PMI Chicago bulan Desember yang muncul di 44.9 yang lebih tinggi dari yang diperkirakan di 40 dan Wall Street dibuka turun dengan saham – saham berjangka AS tumbang karena tidak ada katalisator fundamental yang mendukung.

Pertumbuhan Ekonomi Melambat

Gross Domestic Product (GDP) AS naik dengan kecepatan 2.9% pada kuartal ketiga 2022, setelah mengalami kontraksi 0.6% di kuartal kedua dan terkontraksi turun 1.4% di kuartal pertama yang berarti AS secara tehnikal telah jatuh ke resesi. Kepanikan meningkat, meskipun demikian Federal Reserve AS tetap keras berkomitmen untuk menjinakkan inflasi. Saham berguguran karena ketakutan kemajuan ekonomi segera mandek. Pertaruhan tetap berlangsungnya tekanan inflasi mendorong yields treasury AS jangka pendek naik tinggi.

Di area Euro, GDP Eropa hanya bertambah sebanyak 0.3% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Menurut Eurostat, pada kuartal kedua 2022, GDP Eropa bertambah 0.8% dan pada kuartal sebelumnya bertambah 0.6%.

Krisis Energi Memburuk

Uni Eropa menghadapi satu tantangan lagi. Rusia memutuskan untuk menyerbu Ukraina. Sanksi dari Dewan Eropa termasuk sanksi individual, sanksi ekonomi dan sanksi visa, termasuk restriksi impor dan ekspor, pembatasan harga jual tertinggi diantaranya minyak mentah dan derivatifnya. Pada bulan Juni 2022, Dewan Eropa mengenakan enam paket sanksi, diantaranya melarang pembelian, impor dan transfer minyak mentah dan produk minyak mentah lainnya dari Rusia ke Uni Eropa. Restriksi ini berlaku dari 5 Desember 2022 untuk minyak mentah dan dari 5 Februari 2023 untuk produk minyak suling lainnya.

Sebagai respon terhadap sanksi tersebut, Kremlin mulai mengurangi dan akhirnya menghentikan supply gas ke Eropa menjelang musim dingin, yang mengakibatkan terjadinya krisis energi dan menambah tekanan inflasi di Eropa. Kurangnya energi membuat harga energi untuk kebutuhan rumah tangga, naik meroket di seluruh Eropa yang ke depannya dalam jangka pendek akan semakin bertambah buruk.

Eropa kemungkinan akan menderita lebih banyak daripada AS ditengah ketergantungan energi pada Rusia. Lebih sulit bagi Uni Eropa untuk mendapatkan alternatif pengganti Rusia, apalagi jika permintaan minyak mentah dari Cina naik sesuai dengan yang diperkirakan.  Setelah bertahun – tahun menggantikan sumber energi dengan energi hijau, Uni Eropa tidak punya pilihan lain kecuali kembali membangkitkan tenaga nuklir.

Ketidakpastian Mengenai Bank Sentral.

Memasuki awal 2023, ada ketidak pastian atas bank sentral – bank sentral untuk bisa mendarat dengan mulus, yaitu mengkontrol inflasi tanpa memicu resesi. Tekanan harga masih terlalu tinggi, dengan inflasi berjalan tiga kali lebih cepat daripada yang bisa ditolerir.

Berjuang mengatasi kekurangan energi global akan menjadi tantangan utama pada awal tahun 2023 ini dan bukan saja pada Uni Eropa. Dengan Cina bergerak dari kebijakan “zero Covid”nya, permintaan akan minyak mentah di negara itu diperkirakan akan naik membumbung tinggi yang akan berdampak baik terhadap AS maupun terhadap kemampuan Uni Eropa dalam menyiapkan musim dingin 2023 – 2024 dan memelihara inflasi.

Tekanan inflasi yang persisten membawa kepada tambahan kenaikan tingkat bunga yang berakhir kepada melambatkan prospek pertumbuhan di antara negara maju.

Dengan para bank sentral menyatakan akan menaikkan tingkat bunga selama paruh pertama tahun 2023, yang bertentangan dengan kepercayaan pasar bahwa akhir dari siklus pengetatan sudah dekat, potensi pemangkasan tingkat bunga seharusnya dihilangkan untuk tahun depan.

Christine Lagarde Berpindah Menjadi Hawkish

EUR/USD telah mencoba menguji batas 1.0700 di tengah musim liburan panjang akhir dan awal tahun. EUR/USD mendapatkan kekuatannya dari komentar Presiden European Central Bank (ECB) Christine Lagarde sekitar tiga minggu lalu dan berusaha memperpanjang kenaikan yang dialami pada dua hari sebelumnya.

Pasangan matauang EUR/USD jatuh delapan kali dari dua belas bulan dalam setahun, baru pulih paling banyak di bulan November ketika partisipan pasar bergegas memperhitungkan dalam harga perlambatan kecepatan kenaikan tingkat bunga di AS dan meningkatnya probabilita segera berakhirnya siklus pengetatan. Meskipun demikian, ketua the Fed Jerome Powell bukan saja menentang ekspektasi yang sedemikian melainkan Presiden ECB Christine Lagarde juga mengejutkan pasar dengan sikap hawkishnya.

Lagarde bergerak cukup hawkish dari sikapnya yang biasanya moderat dengan mengatakan bahwa para pembuat kebijakan di ECB memperkirakan akan menaikkan tingkat bunga secara signifikan lebih lanjut karena inflasi jauh terlalu tinggi dan menambahkan bahwa kenaikan tingkat bunga lebih dari 50 bps seharusnya dilakukan ke depannya.

Pergerakan di Awal Tahun

Awal tahun 2023 ini, Risalah pertemuan FOMC the Fed yang akan keluar pada hari Rabu dan juga laporan perkembangan employment AS – Non-Farm Payrolls (NFP) – bulan Desember yang akan keluar pada hari Jumat akan menjadi penggerak harga yang krusial. Risalah pertemuan FOMC yang hawkish kemungkinan bisa memicu kenaikan kembali dollar AS. Begitu juga apabila angka NFP yang keluar memberikan semangat, maka bisa memicu naiknya kembali dollar AS.

Selain itu angka inflasi Jerman bulan Desember yang diukur dalam angka Harmonized Index of Consumer Prices (HICP) yang diperkirakan akan naik ke 11.8% YoY dibandingkan angka sebelumnya di 11.3% juga akan mempengaruhi pergerakan EUR/USD pada minggu pertama tahun 2023 ini.

The harmonized index of consumer prices (HICP) area Euro bulan Desember diperkirakan akan turun moderat dalam perhitungan tahunan, dari 10.1% ke 9.7%. Jika benar, maka akan menaikkan harapan bahwa inflasi di area Euro sudah mencapai puncaknya, meskipun tidak akan turun dengan cepat dan drastis.

Support & Resistance

“Support” terdekat menunggu di 1.0697 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.0600 dan kemudian 1.0510. “Resistance” terdekat menunggu di 1.0735 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.0760 dan kemudian 1.0808.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido