Rekomendasi GBP/USD Mingguan 9 – 13 Januari 2023: Data CPI AS Menentukan

1066

(Vibiznews – Forex) GBP/USD mengakhiri minggu pertama tahun 2023 dengan nada yang negatip. Sempat turunnya GBP/USD ke bawah menembus batas 1.2000 memberikan jalan turun bagi GBP/USD. Sebaliknya dollar AS sempat berbalik menguat di tengah bangkitnya ekspektasi the Fed yang hawkish. Minggu ini data CPI dari AS akan menentukan arah dari GBP/USD ke depannya. .

Apa yang Terjadi Pada Minggu Lalu?

Memulai minggu perdagangan yang baru pada minggu lalu di 1.2091, GBP/USD mengakhiri minggu lalu dengan harga yang relatif sama di 1.2093. Pada awalnya hari Senin, GBP/USD memasuki tahun baru dengan tertekan turun ke 1.2040 dan melanjutkan penurunannya pada hari Selasa ke 1.1960 karena menguatnya USD. Pada hari Rabu berhasil berbalik naik hampir 100 pips ke 1.2055 karena berbalik melemahnya USD. Namun pada hari Kamis, kembali tertekan turun ke bawah 1.1900 di 1.1890 setelah keluarnya data employment swasta AS dari ADP.  Pada hari terakhir perdagangan hari Jumat, GBP/USD berhasil bangkit ke 1.2093 karena dollar AS mengalami tekanan jual yang berat setelah keluarnya laporan PMI Jasa AS.

Pergerakan Harian GBP/USD Minggu Lalu

Hari Senin, setelah mengalami rebound pada hari terakhir perdagangan di tahun 2022, GBP/USD berada di bawah tekanan bearish dan turun ke bawah 1.2050 di sekitar 1.2040, pada hari pertama perdagangan di tahun yang baru 2023.

Data dari Cina menunjukkan bahwa PMI Manufaktur Cina turun ke 47. Ditambah lagi, PMI Non-Manufaktur juga jatuh ke 41.6 dari angka bulan sebelumnya pada bulan November di 46.7.

Perdagangan relatip masih sepi dengan tidak adanya data ekonomi yang dirilis sehubungan dengan masih liburnya pasar saham dan obligasi karena liburan tahun baru.

Apabila kondisi perdagangan sudah normal kembali, arus safe – haven dapat masuk dan mendominasi pasar keuangan. Di dalam skenario ini, dollar AS akan mendapatkan pijakannya melawan rival-rivalnya yang sensitip terhadap resiko.

Setelah menghabiskan waktu pada jam perdagangan sesi Asia hari Selasa dalam rentang harga yang sempit sedikit di bawah 1.2100, GBP/USD jatuh tajam pada jam perdagangan sesi Eropa dan menyentuh level terendah dalam satu bulan dekat 1.1950 dan diperdagangkan di sekitar 1.1960 pada jam perdagangan sesi AS.

Meskipun kekurangan penggerak fundamental, indeks dollar AS memulai hari yang baru dalam tahun yang baru dengan pijakan yang kuat sementara para investor sedang datang kembali dari liburan Tahun Baru. Indeks dollar AS yang turun hampir 1% pada dua hari perdagangan terakhir pada tahun 2022, naik signifikan 1.2% secara basis harian ke 104.70.

Sementara itu, kekacauan politik di Inggris menambah tekanan turun tambahan terhadap Poundsterling. PM Inggris Rishi Sunak merencanakan untuk merombak sistem pemeliharaan anak-anak yang ditujukan untuk menyelamatkan uang para orang tua dan membantu mereka kembali ke tempat pekerjaan.

Pada saat yang bersamaan, ada pemogokan buruh di Inggris dengan The Times melaporkan bahwa PM Inggris berpikir perserikatan buruh Inggris akan kehabisan dana dan harus mundur namun perserikatan buruh menolak klaim dari Sunak dan menuduh pemerintah melakukan sabotase.

GBP/USD kehilangan momentum bullish-nya dan turun ke bawah 1.2050 menjelang memasuki jam perdagangan sesi AS hari Rabu. Indeks dollar AS berhasil bertahan di atas 104.00 setelah sebelumnya jatuh dan membatasi kenaikan dari pasangan matauang ini menjelang keluarnya data PMI manufaktur dari ISM.

Setelah keluarnya data PMI manufaktur oleh ISM, GBP/USD berhasil naik sedikit ke 1.2055 dengan dollar AS kembali melemah di 103.882.

PMI manufaktur dari ISM muncul di 48.4% pada bulan Desember dibandingkan dengan perkiraan konsensus di 48.5% dan angka bulan November di 49%. Angka PMI manufaktur di 48.4 ini merupakan angka terendah sejak Mei 2020 di 43.5.

Setelah penurunan tajam pada hari Selasa, GBP/USD berhasil memperoleh kembali daya tariknya dan memanjat ke atas 1.2050 pada awal perdagangan hari Rabu, menghapus semua kerugian hari sebelumnya.

Pada hari Selasa, meskipun yields obligasi treasury AS jatuh dan terjadi pergerakan yang positip terhadap resiko, dollar AS berhasil mengatasi rival-rivalnya. Pada hari Rabu, korelasi pasar kelihatannya sudah normal dengan dollar AS menghadapi tekanan jual yang baru ditengah naiknya saham – saham global yang mengakibatkan GBP/USD berhasil naik ke atas 1.2050 di sekitar 1.2055.

GBP/USD berada di bawah tekanan bearish pada awal jam perdagangan sesi Eropa hari Kamis dan turun ke arah 1.2000 sebelum akhirnya pulih sedikit pada awal jam perdagangan sesi AS, naik ke sekitar 1.2020 sebelum keluarnya data AS.

Setelah keluarnya data Employment Change AS dari ADP, GBP/USD berbalik turun ke level terendah sejak akhir bulan November di bawah 1.1900 di sekitar 1.1890.

Laporan employment nasional AS dari ADP muncul dengan kenaikan pekerjaan sebanyak 235.000 pada bulan Desember, dibandingkan dengan yang diperkirakan, kenaikan sebesar 153.000. Munculnya angka employment dari ADP yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan ini menekan pasangan matauang GBP/USD turun.

Angka initial weekly jobless claims AS turun sebanyak 19.000 ke 204.000 dalam minggu yang berakhir pada hari Sabtu minggu lalu. Angka yang keluar dengan penurunan ini mengejutkan pasar. Para ekonom memperkirakan angka initial jobless claims akan muncul di 225.000 setelah revisi angka minggu sebelumnya ke 223.000.

Setelah naik hampir 100 pips pada hari Rabu, GBP/USD kehilangan daya tariknya dan turun ke arah 1.2000 pada awal perdagangan sesi Eropa hari Kamis pagi. Pergerakan yang negatip terhadap sentimen resiko telah membantu dollar AS mengatasi rival – rivalnya pada waktu Eropa pagi.

Dollar AS tetap tangguh pada jam perdagangan sesi AS hari Rabu dan Kamis, mengatasi rival-rival utamanya sehingga GBP/USD tidak sempat mempertahankan momentum bullishnya.

Angka JOLT Job Openings bulan November yang berada pada 10.45 juta dan survey PMI Manufaktur oleh ISM telah memicu rebound dari indeks dollar AS. Meskipun angka umum PMI manufaktur ISM turun sedikit di bulan Desember, laporan the Employment Index of the PNI naik tanpa terduga ke 51.4 dari 48.4 di bulan November. Sementara itu, nada yang hawkish dari risalah pertemuan Federal Reserve AS bulan Desember juga memberikan dukungan kenaikan bagi indeks dollar AS.

GBP/USD memperpanjang rally hariannya dan naik ke atas 1.2050 di sekitar 1.2093 pada jam perdagangan sesi AS hari Jumat. Dollar AS mengalami tekanan jual yang berat setelah data yang dipublikasikan oleh ISM menunjukkan kontraksi yang tidak terduga di dalam aktifitats bisnis sektor jasa AS pada bulan Desember.

Menurut data terbaru dari Institute of Supply Management (ISM), Purchasing Managers Index (PMI) jasa AS bulan Desember berada pada 49.6%, turun dari angka bulan November di 56.5%. Penurunan 6.9% ini merupakan kejutan turun dengan konsensus pasar memperkirakan PMI Jasa AS bulan Desember akan muncul di 55%.

Angka di atas 50 dipandang sebagai pertumbuhan ekonomi sebaliknya angka di bawah 50 dipandang sebagai kontraksi ekonomi.

Sebelumnya, Departeman Tenaga Kerja AS mempublikasikan data employment AS di dalam laporan Nonfarm Payrolls bulan Desember.

Menurut Bureau of Labor Statistics Nonfarm Payrolls AS bulan Desember 2022 naik 223.000. Angka ini berada di atas dari yang diperkirakan pasar sebesar 200.0

00 meskipun lebih rendah dari data bulan November yang direvisi turun ke penambahan sebesar 256.000. Tingkat pengangguran AS turun ke 3.5% mengalahkan konsensus pasar sebesar 3.7% untuk bulan Desember.

Turunnya GBP/USD dan Naiknya USD

GBP/USD sempat turun hampir 200 pips pada minggu pertama dari tahun 2023 dengan Poundsterling kehilangan kontrol atas pergerakan naiknya di tengah kembali menguatnya dollar AS mengatasi rival – rival utamanya. Ekspektasi kenaikan tingkat bunga oleh the Fed, resiko dari potensi resesi global dan keprihatinan mengenai lambatnya pemulihan ekonomi Cina mendominasi sentimen terhadap resiko dan mempengaruhi dinamika dari dollar AS yang pada akhirnya mempengaruhi pasangan matauang GBP/USD turun.

Membaiknya komponen dari PMI manufaktur AS yang disurvey oleh ISM dan kuatnya data Employment swasta dari ADP menaikkan ekspektasi bahwa the Fed akan bisa mempertahankan tingkat bunga pada level yang lebih tinggi dalam waktu  yang lebih lama, yang menekan turun minat terhadap resiko dan mendorong permintaan terhadap dollar AS.

Sementara itu yields treasury AS juga menemukan pijakannya di tengah pertaruhan akan hawkishnya the Fed, dibantu oleh risalah pertemuan FOMC the Fed bulan Desember yang menggaris bawahi keputusan para pembuat kebijakan untuk memerangi inflasi. Sebagai akibatnya, indeks dollar AS berhasil naik ke level 105.00 an sementara yields obligasi treasury AS benchmark 10 tahun naik kembali ke atas 3.70%.

Sementara itu, berkelanjutannya kontraksi di sektor manufaktur dan jasa di Cina di tengah-tengah peperangan melawan Covid yang merebak dimana-mana di Cina telah meningkatkan keprihatinan atas pemulihan ekonomi Cina, yang menambah resiko terhadap potensi resesi sedunia. Dan menambah permintaan terhadap dollar AS yang safe-haven.

Namun dollar AS harus berjuang untuk bisa memperpanjang momentum bagusnya setelah keluarnya data Nonfarm Payrolls AS pada hari Jumat minggu lalu yang membangkitkan semangat dan keluarnya data PMI jasa AS oleh ISM yang mengecewakan dan turun ke area kontraksi. Kedua data makro ekonomi AS yang keluar pada hari perdagangan terakhir hari Jumat minggu lalu ini menekan dollar AS kembali turun ke 103.00 an sehingga membuat GBP/USD kembali naik ke atas 1.2000.

Dari sisi lain, Poundsterling tetap diganggu oleh problem ekonomi Inggris yang berkelanjutan dengan pemogokan yang terjadi di Inggris yang lanjut sampai ke tahun baru. Para pekerja kereta api Inggris baru kembali bekerja pada hari Selasa setelah mogok pada hari pertama dari tahun baru di tengah memburuknya krisis biaya hidup di Inggris dalam beberapa dekade. Pada minggu terakhir tahun 2022, ribuan pekerja ambulans Inggris melakukan pemogokan dan demonstrasi karena pertengkaran atas upah pembayaran dan staffing.

Consumer Price Index (CPI) AS

Minggu ini semua mata tertuju kepada data inflasi, CPI AS, yang akan dirilis pada hari Kamis. Data inflasi AS yang akan keluar ini akan membentuk sentimen pasar sampai minggu – minggu ke depannya.

Sebelum keluarnya data makro ekonomi yang sangat berpengaruh CPI AS, para trader Poundsterling akan memperhatikan pidato ketua Federal Reserve AS Jerome Powell pada hari Selasa di tengah data yang relatip sepi pada hari Senin. Hari Rabu juga kurang event signifikan penggerak pasar dari kedua belah pihak.

GDP bulanan Inggris dan Industrial Production akan dilaporkan pada hari Jumat. Sementara Amerika Serikat akan merilis data Preliminary University of Michigan (UoM) Consumer Sentiment and Inflation Expectations.

Support & Resistance

“Support” terdekat menunggu di 1.2040 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.1953  dan kemudian 1.1768. “Resistance” terdekat menunggu di 1.2108 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2190 dan kemudian 1.2242.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido